Minggu, 22 Maret 2009

Krisis Pukul Banyak Negara

Minggu, 22 Maret 2009 | 03:36 WIB

Zoellick: 400.000 Bayi Akan Meninggal pada Tahun 2009

Brussels, Sabtu - Krisis ekonomi global telah memukul sejumlah negara berkembang. Krisis membuat aliran modal keluar, menurunkan bantuan, dan menghambat ekspor. Tahun ini diperkirakan 400.000 bayi akan meninggal sebagai dampak tak langsung dari krisis ekonomi, di luar kematian rutin.

Demikian dikatakan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick di Brussels, Belgia, Sabtu (21/3), saat berbicara pada telekonferensi trans-Atlantik dengan think-tank dari Jerman, Marshall Fund.

Zoellick mengatakan, hal itu bisa dicegah jika masing-masing negara donor menaikkan bantuan 15 miliar dollar AS.

Negara berkembang membutuhkan bantuan internasional sebesar 200 miliar dollar AS pada tahun 2009. Namun, krisis yang memukul banyak negara membuat kebutuhan dana naik menjadi 500 miliar dollar AS hingga 700 miliar dollar AS, termasuk untuk mencegah kejatuhan ekonomi sejumlah negara.

Zoellick mengatakan, bantuan diperlukan untuk pendistribusian pangan dan pembangunan jalan-jalan yang mendorong peningkatan produksi pangan di negara berkembang.

Jika hal tersebut tidak dilakukan, yang terjadi bukan hanya kematian bayi, tetapi juga peningkatan jumlah penduduk miskin yang sekarang saja sekitar 1,2 miliar dari 7 miliar penduduk dunia.

Zoellick kembali mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa pada tahun 2009 ekonomi akan terkontraksi 2 persen. Jika angka kemiskinan ingin diturunkan 1 persen, dunia membutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen. Oleh karena itu, Zoellick mengingatkan hilangnya potensi satu generasi akibat krisis.

Stimulus mengkhawatirkan

Untuk mengatasi krisis, sejumlah negara sudah mencanangkan stimulus atau peningkatan anggaran pemerintah untuk menggenjot permintaan. Juga sudah dibahas rencana penyelamatan perbankan yang didera kredit macet dan enggan menyalurkan kredit.

Akan tetapi, semua itu baru rencana dan belum direalisasikan. Hal lain yang belum diatasi adalah bagaimana agar spekulasi, yang melahirkan volatilitas di pasar, dihentikan.

Spekulasi menimbulkan kekhawatiran yang merunyamkan kepercayaan pasar. Uni Eropa selalu menekankan agar regulasi yang mengendalikan hedge fund, kumpulan dana investasi yang umumnya dipakai berspekulasi, diluncurkan.

Semua itu belum terwujud. Tentang isu ini, Zoellick menyatakan prihatin. Dia mengkhawatirkan krisis akan berlangsung lama jika kecepatan bertindak tidak diwujudkan. Taruhan dari keterlambatan bertindak adalah risiko kehilangan pekerjaan dengan segala dampak lanjutannya.

Zoellick juga mengingatkan, stimulus saja tidak cukup.

Stimulus bertujuan menggenjot perekonomian. Namun, krisis sekarang ini muncul bukan karena ketiadaan pengeluaran pemerintah, tetapi akibat krisis perbankan, lembaga keuangan, serta manipulasi keuangan disertai tindakan para eksekutif perusahaan yang memberi diri sendiri bonus dengan menelan keuangan perusahaan yang dalam keadaan bangkrut.

”Pencanangan stimulus tanpa mengatasi akar masalah akan seperti melakukan sesuatu tanpa memberi efek yang pas bagi ekonomi,” kata Zoellick.

Peluncuran stimulus juga baru akan dimulai tahun 2010, sebuah tindakan yang dianggap lambat. Padahal, kata Zoellick, kini sektor perdagangan dunia sudah turun, yang menghilangkan pendapatan banyak orang. (REUTERS/AP/AFP/MON)

Jumat, 13 Maret 2009




Kamis, 12 Maret 2009

Agen “GERAI DINAR” Wilayah “BOGOR & CIBUBUR

Sabtu, 07 Maret 2009

MENGAPA DOLLAR USD MENGUAT HARGA EMAS TURUN

Nopember 2nd, 2008 . by husnur

erlalu banyak pertanyaan seperti ini: Di saat Amerika Serikat dilanda
krisis yang hebat seperti ini, mengapa dolarnya justru menguat?
Mengapa harga emas justru merosot? Bukankah dalam suasana krisis
mestinya harga emas naik?

Jawabnya tidak tunggal, tapi yang utama hanya satu; terlalu banyak
orang di banyak negara yang membutuhkan dolar AS.

Lembaga-lembaga keuangan raksasa yang dulu selalu meminjamkan uang
dalam dolar AS, sekarang memerlukan dolar sebanyak yang bisa ditarik.
Kalau dulu dolar mengalir dari AS ke seluruh dunia, kini semua dolar
harus mengalir balik ke AS untuk menutup lubang menganga yang sangat
besar akibat krisis itu.

Masih ada tambahan lagi, di AS banyak perusahaan atau aset yang dijual
dengan harga murah. Akibatnya, orang kaya dari seluruh dunia juga
banyak yang tergiur untuk membeli aset itu. Tentu mereka membutuhkan
dolar AS. Perusahaan (saham) AS yang di luar negeri juga banyak yang
dijual. Pembelinya juga perlu dolar. Perusahaan-perusaha an yang punya
pinjaman dolar diminta membayar sebelum jatuh tempo. Kalau tidak bisa
bayar, perusahaan itu disita untuk dijual. Juga pakai dolar. Apakah
bisa menarik kredit sebelum jatuh tempo? Bisa! Baca akad kreditnya.
Pasti menyebutkan klausul seperti itu.

Satu-satunya negara yang mata uangnya justru menguat terhadap dolar AS
hanyalah Jepang. Ini karena fondasi ekonomi Jepang sangat kukuh. Uang
cash-nya amat banyak dan dalam posisi aman. Bank-banknya punya sumber
dana yang amat murah dan berjangka panjang. Penabung di Jepang hanya
mendapat bunga 0,5% setahun.

Sebagai negara yang maju berkat dibantu AS (setelah kalah perang dunia
dulu), semestinya Jepang kini harus membantu AS. Jepang punya
kemampuan untuk itu. Cadangan devisanya nyaris USD 1 triliun! (USD 950
miliar). Dana pensiunnya, lebih gila lagi: USD 1,5 triliun. Kekayaan
sejumlah orang berduit di sana mencapai USD 15 triliun. Dana deposito
di bank mencapai USD 8 triliun.

Para ahli menyebutkan, dengan kemampuan itu Jepang bisa banyak
berbuat. Toh, Jepang tidak mau melakukannya. Jepang harus memikirkan
keselamatan negaranya dulu. Padahal, Jepang adalah kekuatan ekonomi
kedua terbesar di dunia setelah AS. Padahal, Jepang tidak akan bisa
seperti sekarang kalau dulu tidak dibantu AS. Undang-undang dasar
Jepang saja yang membuatkan McArthur! Toh, dalam keadaan krisis
seperti ini keselamatan diri sendiri dulu yang diutamakan.

Maka, jangan harap kalau Indonesia nanti terkena krisis, ada negara
lain yang mau membantu. Kini, semua negara menyelamatkan diri
masing-masing. Tidak akan ada balas jasa sekalipun. Karena itu,
mumpung krisis yang berat belum mengenai kita, Indonesia harus memupuk
terus kemampuan keuangannya. Rencana menurunkan harga BBM benar-benar
harus dihitung dulu kapan saatnya yang paling tepat.

Sebenarnya krisis yang terjadi di AS menjadi lebih gawat, antara lain,
juga karena hilangnya rasa percaya diri. Rasa konfiden itu mudah
hilang kalau kita tidak punya cukup uang. Kian besar dana yang
dimiliki negara, kian besar konfiden itu. Penyelenggara negara saat
ini tidak boleh kehilangan konfiden hanya karena tekanan politik.

Sebenarnya bukan tidak ada keinginan Jepang untuk membantu AS. Seorang
tokoh politik di sana, Kotaro Tamura, bahkan sampai jengkel karena
inisiatifnya untuk membantu AS tidak mendapat sambutan di dalam
negeri. Tamura, seorang invesment banking yang kini menjadi anggota
DPR dan mengetuai satu faksi dalam partai pemerintah, berpendapat,
mestinya Jepang bisa menggunakan uang cash-nya yang begitu banyak
untuk ikut menyembuhkan ekonomi dunia.

“Ini sebenarnya kesempatan besar bagi Jepang,” kata Tamura seperti
dikutip media seluruh dunia. “Sekarang ini, di AS, semuanya murah.
Seharusnya kita menggunakan dana kita untuk membeli semua itu,”
katanya. Dengan cara itu, kata Tamura, Jepang bisa memberikan sinyal
yang baik bagi pulihnya ekonomi dunia. Apalagi, bantuan itu toh bukan
pinjaman yang berisiko. Bantuan itu berupa kesediaan membeli aset-aset
yang lagi dijual di AS.

Beberapa perusahaan Jepang memang sudah membeli aset tersebut.
Mitsubishi membeli sebagian saham Morgan Stanley sebesar USD 9 miliar,
membeli Union BanCal di San Fransisco sebesar USD 3,5 miliar, dan
membeli Aberdeen Asset Management sebesar USD 190 juta. Tapi, itu
dianggap belum ada artinya.

Kalau Jepang bisa membeli sebanyak mungkin aset murah di AS, kata
Tamura, dalam 10 tahun mendatang Jepang akan menikmati hasilnya: Hasil
ekonomi dan hasil politik. Toh seruan Tamura itu tidak ada yang
menggubris. Tamura yang baru 45 tahun dan yang dikenal suka berpakaian
elegan (jarang politisi Jepang yang berani memakai pakaian yang mahal
seperti dia) menjadi sangat ketus.

Bahkan, proposalnya agar Jepang membuat perusahaan negara seperti
Temasek di Singapura juga ditolak. Padahal, selama ini dana-dana di
Jepang itu hanya menghasilkan bunga yang sangat rendah: 0,5% setahun!
Kalau dana itu diakumulasikan ke dalam satu usaha seperti Temasek,
hasilnya bisa sampai 18% setahun.

Jepang memang bangsa yang paling hati-hati terhadap sesuatu yang
berisiko. Tingkatnya bukan lagi sekadar hati-hati, melainkan sudah
“benci pada risiko”. “Bahkan, risiko baik sekali pun,” ujar Tamura.
Mana ada orang yang memilih dapat bunga 0,5% daripada 18%. “Orang
Jepang itu tidak tahu apa artinya laba,” kata Tamura.

Tapi, itulah memang Jepang. Mereka menilai bunga 0,5% tapi aman lebih
baik daripada “bunga 18%” tapi ada risikonya. Kita memang kagum dengan
langkah seperti Temasek, tapi kini kita juga perlu bertanya berapa
kerugian Temasek akibat krisis ini.

Demikian juga investasi China di Blackstone yang mencapai USD 250
miliar dua tahun lalu, kira-kira juga sudah hilang setidaknya
separonya. Ini berarti ada uang Rp 1.200 triliun yang tiba-tiba
lenyap. Uang yang hilang sekejap itu sudah sama dengan seluruh APBN
Indonesia!
Bagaimana dengan sikap China? Kita belum pernah mendengar inisiatif
China untuk menggunakan cadangan devisa terbesarnya di dunia itu untuk
ikut menyelamatkan Amerika. China pasti ingin menyelamatkan dirinya
sendiri dulu. Rakyatnya begitu banyak. Pabriknya yang harus tutup
jumlahnya bukan hanya ribuan. China pasti akan menggunakan cadangan
devisa, pertama-tama untuk dirinya sendiri.

Apalagi China pasti tahu bahwa meski terkena krisis, Amerika masihlah
negara kaya. Saya sering menyebutkan dengan krisis ini status Amerika
hanya turun dari “negara yang kaya raya” menjadi “negara yang kaya
sekali”. Kapitalisasi pasar modalnya masih lebih besar dibanding
Jepang, Korea, Jerman, China, Prancis, Inggris, dan Australia
dijadikan satu! Kekuatan ekonomi China yang sudah kita puji-puji itu
baru sebesar ekonomi satu negara bagian California.

Ibarat layang-layang, perusahaan-perusaha an di Indonesia kini masih
dalam status terbang. Baru satu-dua yang oleng kehilangan angin. Tapi,
semua pemilik perusahaan kini harus terus dalam posisi memegang benang
sambil mata tetap terus mengawasi layang-layang masing-masing. Begitu
kehilangan angin harus tahu apa yang harus dilakukan: Tarik benangnya.
Lengah sedikit, layang-layang itu bisa langsung nyungsep ke tanah.
Mata tidak boleh berkedip. Jangan sampai, misalnya, ditinggal ke
toilet sekalipun. Banyak yang mungkin menganggap ini berlebihan. Tapi,
siapa yang beranggapan demikian, layang-layangnyalah yang akan
nyungsep lebih dulu

Kalla: Rupiah Rontok karena AS Tarik Dollar


Jumat, 14 November 2008 | 15:35 WIB
JAKARTA, JUMAT — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS lebih disebabkan likuiditas dollar AS yang menyusut karena Amerika Serikat menarik dollar mereka secara besar-besaran.

Ia juga mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar juga terjadi terhadap mata uang di negara-negara lain di Asia, seperti Jepang, Korea, Malaysia, dan Singapura. "Ini lebih karena faktor internasional," katanya di Istana Wapres, Jumat (14/11).

Ulah Amerika Serikat yang menarik dollar membuat mata uang ini kering di sejumlah negara. AS memang sedang membutuhkan dollar dalam jumlah yang sangat besar untuk melakukan bailout terhadap sejumlah perusahaan raksasa finansial di negara tersebut, seperti AIG dan Lehman Brothers.

"Amerika melakukan bailout besar-besaran untuk memperkuat basis di negara mereka," kata Wapres. Itu sebabnya, tuturnya, semuanya tergantung Amerika.

Yohan Rubiyantoro

Sejak Lehman Bangkrut, Emas Kian Diburu

LONDON. Investor kini tengah mencari perlindungan seiring terjadinya ketidakpastian yang tinggi di pasar dunia. Emas pun dinilai menjadi pilihan yang paling aman. Terbukti, permintaan akan logam mulia ini semakin meningkat pesat.

Zuercher Kantonalbank bilang, simpanan emas di bank asal Swiss ini melonjak. Bahkan aset dari ZKB Gold ETF di bank Zuercher menyentuh rekor tertinggi selama tujuh minggu berturut-turut. Nilai investasi emas setara dengan US$ 2,25 miliar jika dikonversikan dengan harga pasar saat ini. Dan jumlah tersebut sama dengan produksi global selama 12 hari.

“Permintaan emas sangat tinggi. Jumlah simpanan emas di bank kami benar-benar meningkat,” jelas Susanne Toren, analis metal Zuercher Kantonalbank.

Kebanyakan dari investor mulai memburu emas koin dan batangan sejak terjadinya kebangkrutan Lehman Brothers Holding Inc beberapa waktu lalu.

Selain emas, Zuercher Kantonalbank yang dimiliki oleh Canton of Zurich, juga menangani investasi pada perak, platinum dan palladium. Jurubicara Zuercher Kantonalbank Sibylle Umiker juga sudah memberikan konfirmasinya mengenai hal ini. Bahkan saking tingginya simpanan emas, pihaknya berencana mencari ruang tambahan untuk simpanan di Swiss.

Barratut Taqiyyah Bloomberg

Harga spot emas pagi naik ke US$813,30

Jumat, 28/11/2008 08:53 WIB
oleh : Elsya Refianti

JAKARTA (Bisnis.com): Harga emas di pasar spot pagi ini� tercatat di level US$813,30 per ounce atau menguat jika dibandingkan dengan level kemarin di US812,10 per ounce, ungkap siaran televisi CNBC.

Sementara itu, dari London Bloomberg melaporkan emas diperdagangkan mendekati tertinggi lima pekan di London karena spekulasi Federal Reserve bakal memangkas suku bunga melemahkan dolar AS, sehingga mengangkat kinerja logam mulia itu sebagai alternatif investasi.

Penurunan terbesar belanja konsumen AS dalam 7 tahun mengipasi spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga guna mencegah berlarutnya resesi. Perdagangan berpeluang melambat selama sisa akhir pekan ini karena sebagian besar bursa AS libur Thanksgiving.

“Semua orang tengah menunggu the Fed untuk mengumumkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut, yang akan sangat menopang harga emas,” kata Bayram Dincer, analis komoditas di Dresdner Bank, melalui telepon dari Zurich.

Emas untuk pengiriman segera naik US$2,42 atau 0,3% menjadi US$813,33 per ounce pada pkl. 12:49 di London. Kontrak Desember emas naik US$5,10 atau 0,6% menjadi US$813,60 di perdagangan elektronik pada divisi Comex New York Mercantile Exchange.

Harga emas menanjak 9% dalam lima hari terakhir. Sejauh ini harga emas hanya melemah 2,2% pada tahun ini, dibandingkan dengan keterpurukan 35% pada S&P GSCI Index untuk 24 bahan baku.

Di antara logam lainnya untuk pengiriman segera di London, perak tertekan 0,8% menjadi US$10,235 per ounce. Platinum naik US$2 atau 0,2% ke US$866,50 per ounce dan palladium berada di penurunan US$1,50 atau 0,8% pada posisi US$192.(er)

Para Kura-Kura China di Wall Street Pilih Balik Kampung

Senin, 22 Desember 2008 | 16:35

NEW YORK. Dulu, para pekerja China di Wall Street disebut-sebut pekerja kerah emas (gold-collar workers). Tapi kini, kondisinya malah berbalik. Saat ini, mereka lebih dikenal sebagai kura-kura laut (sea turtles) yang belakangan memutuskan untuk berenang kembali ke negaranya untuk melarikan diri dari amukan badai finansial.

Hal ini terlihat dari padatnya pameran kerja (job fair) yang digelar di beberapa kota utama AS. Sabtu (20/12) lalu, setidaknya terdapat kurang lebih 1.000 turtle yang memadati ballroom di sebuah hotel New York. Mereka memang tengah menghadiri job fair yang menawarkan kesempatan bekerja di Shanghai.

Salah satu diantara mereka adalah Dong Shaw, yang sudah delapan tahun ini bekerja di Wall Street. “Krisis di AS sangat akut. Kami harus mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan,” kata Shaw.

Shaw sendiri sangat tertarik untuk mencari peluang di sektor finansial China yang saat ini prospek pertumbuhannya masih sangat bagus dan sehat. “Sebagai pasar baru, China penuh dengan segudang kesempatan,” jelasnya.

Gerak cepat China

Krisis finansial terburuk dalam satu dekade terakhir menjadikan perekonomian AS masuk ke jurang resesi yang terburuk sejak Desember 2007. Alhasil, sekitar 2 juta pekerja kehilangan pekerjaan. Industri sekuritas di New York juga telah kehilangan sekitar 16.000 pekerja.

Berdasarkan data pemerintahan setempat, pada Oktober tahun depan, total warga yang kehilangan pekerjaannya bisa mencapai 38.000 orang. Bahkan sekitar 10.000 pekerja lagi juga akan dipangkas dari sektor-sektor lain yang memiliki keterkaitan langsung seperti perbankan.

Beberapa kota dan perusahaan di China bergerak cepat untuk mengambil kesempatan tersebut. Mereka berupaya merekrut kembali tenaga-tenaga China yang berpendidikan tinggi untuk berkarya di kampung halamannya.

Hal ini tidaklah mengherankan. Pasalnya, berdasarkan data dari Pemerintah China, dari 1,2 juta warga China yang pergi ke luar negeri untuk belajar dalam 30 tahun terakhir, hanya seperempat dari mereka yang kembali ke negara asalnya.

Pameran kerja hari Sabtu lalu diprakarsai oleh pemerintah Shanghai dan diikuti oleh 24 bank, asuransi dan perusahaan sekuritas dari kota Shanghai, termasuk di dalamnya Shanghai Stock Exchange.

Pada awal bulan ini, Nanjing di provinsi Jiangsu, China Timur, juga pernah mengadakan even serupa di beberapa kota utama AS. Pameran kerja itu dipadati oleh ratusan orang.

Barratut Taqiyyah Reuters

Rabu, 04 Maret 2009

Bagaimana Memenangkan Permainan Canggih Bernama Uang Kertas…?

Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 25 December 2008 13:32

Saya bukan orang yang anti uang kertas; karena tentu sayapun menggunakan uang kertas dalam kehidupan sehari-hari – saya menggunakan uang kertas sesuai fungsinya sebagai alat tukar seperti yang saya tulis dalam tulisan saya tanggal 5 Desember 08 lalu.

Para ulama besar Islam sejak abad pertengahan-pun tidak menafikan keberadaan uang diluar Dinar dan Dirham. Salah satunya Ibnu Taimiyyah bahkan telah memformulasikan aturan pencetakan fulus seperti dalam tulisan saya tanggal 19 Desember 2008.

“Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.

Yang perlu kita waspadai adalah realita bahwa pemerintahan-pemerintahan dunia saat ini bukan hanya seolah kehilangan kendali terhadap jumlah uang yang dicetaknya; tetapi juga dengan sengaja melipat gandakan jumlah ‘uang’ dengan berbagai proses money creation yang begitu dasyatnya sehingga mereka sendiri takut mengetahui jumlahnya.

Dalam Ilmu moneter dikenal ada empat jenis uang yaitu M0 untuk jumlah uang fisik ; M1 untuk M0 + demand deposit ; M2 untuk M1 + All time deposit, saving deposit dan non-institutional money-market funds. Dan yang paling luas disebut M3 yaitu M2 + semua large time deposits, institutional money-market funds, short-term repurchase agreements, dan termasuk segala bentuk larger liquid assets lainnya.

Uang yang paling luas yang disebut M3 inilah yang menimbulkan masalah besar dunia saat ini. Ironinya pangkal masalah ini seperti disembunyikan oleh pemerintahan dunia, di Amerika data resmi M3 tidak lagi dipublikasikan sejak 2006. Untungnya ada lembaga independen seperti the Shadow Government Statistic yang tetap dapat melacak keberadaan datanya seperti dalam grafik tersebut diatas.

Dari grafik tersebut diatas kita tahu bahwa yang membuat kalang kabut dunia saat ini bukan karena uang US$ yang sesungguhnya (M0 atau M1), melainkan menyusutnya uang US$ yang semu (M3).

Kondisi ini membuat keuntungan yang luar biasa bagi Amerika karena mereka mencetak uang berapapun – dan mereka memang benar-benar melakukan ini seperti ditunjukkan dengan melonjaknya M1 – tanpa menimbulkan inflasi (untuk sementara !).
us$ Index

Sebaliknya bisa dilihat dari grafik disamping, bersamaan dengan menyusutnya uang M3 yang semu tersebut – nilai US$ yang tercermin dalam US$ Index melejit. Yang perlu kita sadari adalah sebagaimana melejit dengan sangat cepatnya US$ karena penyebab yang semu, maka kehancurannya yang dasyat juga akan di trigger oleh penyebab yang semu tersebut – yaitu ketika M3 kembali ke trend pembengkakannya yang semula.

Bila menyustnya M3 menimbulkan bencana krisis finansial di seluruh dunia, maka ketika ia balik ke trend normalnya dalam waktu dekat – tidak kalah besar musibahnya yang akan ditimbulkannya yaitu inflasi atau bahkan hiperinflasi.

Inilah yang dikawatirkan oleh Ibnu Taimiyyah tersebut diatas, yaitu uang masyarakat akan tiba-tiba kehilangan daya belinya. Lagi-lagi inipun dampaknya akan mendunia, jadi kita yang di Indonesia-pun harus siap menghadapinya.

Lantas bagaimana agar kita tidak jadi korban atas permainan mereka ini, bahkan sedapat mungkin keluar sebagai pemenang ?.

Berikut tips sederhana yang bisa kita lakukan :

· Tidak memegang atau menggunakan US$ kecuali terpaksa, seperti sedang bepergian ke Luar negeri dlsb.

· Karena Rupiah juga akan tidak terlepas dari dampak US$, gunakan uang kertas kita ini (Rupiah) hanya sesuai fungsinya sebagai alat tukar.

· Gunakan harta riil seperti Dinar, kebun, toko, unit usaha yang berjalan baik dlsb. sebagai store of value.

· Untuk jangka panjang ajari anak-anak berdagang, berkebun, berternak dan terlibat kegiatan di sector riil lainnya.

Selain hal-hal yang sifatnya duniawi tersebut, tentu ada langkah yang paling aman bagi harta kita karena tidak akan ada siapapun yang bisa mempermainkannya – yaitu kita sedekahkan !, maka harta kita akan meningkat 700 kali atau lebih dan akan menjadi milik kita selamanya….:)
Last Updated on Thursday, 25 December 2008 13:41
Copyright © 2008 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.

Saat Konsumen Amerika Menahan Belanja, China Membuang Duitnya

/ Home / Internasional /
Jumat, 5 Desember 2008 | 17:11

Sementara orang-orang Amerika kini tengah menahan nafsu belanja, eeeh, malah orang-orang China di Beijing lah yang mengumbar gairah untuk menggelontorkan simpanannya untuk berbelanja.

Mereka berbelanja di kawasan Jinbao Jie, atau yang biasa juga disebut sebagai "Golden Treasure Street". Kawasan ini dibangun oleh pengembang Beijing yang memang mendesain dengan sangat mentereng dan sarat dengan hotel, klub dan pusat perbelanjaan. Bisa ditebak, target yang disasar adalah kalangan kelas atas dan terbilang paling sukses di China.

Ritel di area ini memang belum sepenuhnya rampung. Menurut hitungan Robert Yao, marketing manager untuk proyek ritel yang dibangun di kawasan ini, baru 75% yang sudah selesai.

Pusat kawasan ini adalah Jinbao Palace. Ini adalah mal atau pusat perbelanjaan yang akan di buka pada Februari 2009 mendatang. Di mal ini, orang-orang kaya di Beijing bisa membungkus satu unit kendaraan mewah Bugatti maupun satu unit sofa Italia yang ada di daftar must-have.

“Apa yang belum pernah ada maupun belum pernah terlihat di China, bakalan ada di mal ini,” kata Yao.

Kalau sudah begini, konsumsi yang sangat luar biasa yang tak pernah terpikirkan di kehidupan keseharian di era Mao Zedong, akan memunculkan pergerakan kultur yang berbeda. Jamak dikerahui, orang-orang China dikenal sangat pandai menyimpan uangnya, bukannya suka membelanjakan uangnya. Di tengah resesi yang tengah mengepung dunia, kehadiran pusat perbelanjaan ini diharapkan menyangga China dari rembetan krisis global.

Yao bilang, kelas atas di China siap untuk membelanjakan duitnya secara jor-joran. “Perubahan perekonomian yang terjadi belakangan memang menurunkan nilai investasi mereka, tetapi bukan konsumsi mereka,” kata Yao.

Hu Xingdou, profesor ekonomi di Beijing Institute of Technology, mengatakan bahwa konsumsi orang-orang China perlu digenjot untuk menambal ekspor yang memble. “Namun, orang yang biasa, tidak punya uang. Apalagi petani, dan gap pendapatannya terus saja membesar,” katanya.

Itu sebabnya, Hao Zhilong, pensiunan yang mereparasi sepeda di jalan yang tak jauh dari Jinbao Jie mengatakan, “Pusat perbelanjaan itu hanya untuk orang kaya dan orang-orang bule. Kami, orang biasa, hanya bisa berjalan-jalan dan melihat dari pinggir jendela. Saya tak pernah masuk ke dalam karena saya orang biasa yang tak mampu membeli barang-barang di sana.”

Hao menambahkan, kalau nanti mal ini terus berekspansi, rumah Hao sudah dijadwalkan bakalan ikut ikut tergusur untuk disulap menjadi mal mewah lainnya.

Sekadar catatan, orang-orang China telah terbiasa untuk menyimpan uangnya. Kebiasaan ini bahkan mendarah daging, sebelum akhirnya perekonomian berubah di akhir tahun 70-an. Hanya saja, generasi anyar kemungkinan akan mengubah tradisi ini.

Sinyal ini sudah terbaca dari catatan penjualan ritel yang menanjak di bulan Oktober. Menurut ekonom Merrill Lynch Ting Lu dan TJ Bond di Hong Kong, hal ini tentu saja menawarkan harapan bagi perekonomian China. Mereka memprediksi bahwa hitungan pemerintah untuk merangsang konsumsi seperti ini akan menjadi penyangga ekspor yang menciut. Lebih dari itu, juga bakal membantu pertumbuhan China tahun depan sekitar 8,6%.

Stimulus pemerintah China sebesar US$ 586 miliar telah diumumkan oleh pemerintah bulan lalu. Fokusnya lebih pada proyek-proyek infrastruktur seperti bandar udara baru dan dam.

“Sesungguhnya ironis melihat konsumen China yang konsumsinya meningkat sangat besar ditengah situasi konsumen Barat yang nasibnya belum jelas,” kata Colin Speakman, ahli China di American Institute for Foreign Study yang kerap menulis untuk koran China Daily.
Femi Adi Soempeno

Senin, 02 Maret 2009

Suku Bunga Terpangkas, Dolar Kian Lunglai

Rabu, 17 Desember 2008 | 13:18
NEW YORK/TOKYO. Pemangkasan suku bunga oleh the Federal Reserve menjadi 0,25% membuat nilai dolar semakin lunglai saja terhadap nilai yen. Bahkan pelemahannya merupakan yang terendah sejak 13 tahun terakhir.

Nilai si hijau juga keok terhadap euro ke level terendah dalam 11 minggu belakangan. Pelemahan terjadi setelah bank sentral akan meningkatkan tingkat penggelontoran pinjaman untuk memerangi resesi.

Pada pukul 13.52 waktu Tokyo, dolar anjlok ke posisi 88,32 dari harga kemarin sebesar 89,05 yen. Ini merupakan level terendah sejak Agustus 1995. Jika dihadapkan pada euro, dolar melemah menjadi US$ 1,4165 dari sebelumnya US$ 1,4002.

“Minggu lalu, kami menjual dolar terhadap euro dan dolar Australia. Ada kemungkinan kami akan menambah posisi ini. Diantara investor, tingkat kepercayaan kepada dolar semakin memudar,” papar Akira Takei, general manager Mizuho Asset Management di Tokyo.

The Fed Nyaris Nol, Dollar AS Makin Ambrol

Kamis, 18 Desember 2008 | 08:17 WIB



NEW YORK, RABU — Dollar AS mencatat rekor penyusutan terhadap euro dan turun terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu (18/12) waktu setempat, sehari setelah Federal Reserve memangkas suku bunganya menjadi hampir nol, kata para dealer. Euro juga terangkat mendekati keseimbangan dengan pound dan naik terhadap yen.

Pada 2200 GMT, euro diperdagangkan pada 1,4404 dollar, naik tajam dari 1,4018 dollar akhir Selasa. Semula, mata uang tunggal Eropa telah melonjak menjadi 1,4437 dollar, level tertinggi sejak 29 September. Itu kenaikan euro paling kuat terhadap greenback sejak mata uang itu diluncurkan pada Januari 1999. Euro juga meningkat menjadi 126,02 yen dari 124,74 yen pada akhir Selasa.

Dollar juga melemah terhadap mata uang Jepang, diperdagangkan pada 87,95 yen dibandingkan dengan 88,98 yen pada Selasa. Yen semula mencapai posisi tertinggi 13-tahun terhadap dollar pada 87,11 yen.

Mata uang AS di bawah tekanan setelah Federal Reserve pada Selasa memangkas suku bunganya ke level historis terendah dari 1,0 persen menjadi ke kisaran 0 hingga 0,25 persen dan akan mempertahankan suku bunga rendahnya untuk beberapa waktu.

The Fed juga mendorong penggunaaan sebuah peralatannya untuk mencaikan kebekuan kredit serta menstimulus pertumbuhan ekonomi secara all-out memerangi resesi yang telah berjalan setahun. "Langkah kemarin di pasar uang menyerbu menutup risiko dari potensi infusi masif uang ke dalam sistem keuangan AS," kata Andrew Busch, analis dari BMO Capital Markets.

"Namun, di sana juga kemungkinan terjadi penyerbuan keluar dari dollar AS akibat ketidakpercayaan bahwa bank sentral AS dapat mengelola risiko-risiko dari program pengurangan kuantatif mereka, sebuah strategi efektif dengan mencetak uang," kata dia.

Euro mendapat dukungan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengindikasikan bahwa suku bunga utama akan dipertahankan tidak berubah pada 2,50 persen pada pertemuan Januari, setelah dalam beberapa bulan terakhir melakukan serangkaian penurunan suku bunga.

Sementara itu, pound terus turun terhadap euro dan mencapai rekor terendah baru pada 1,0715 euro.

Data bulanan Inggris menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengklaim manfaat (asuransi) pengangguran di Inggris naik pada November dengan jumlah terbesar dalam 17 tahun, sinyal terbaru dari pelambatan tajam ekonomi.

Risalah dari pertemuan terakhir Bank Sentral Inggris (BoE) menunjukkan para pembuat kebijakan telah mendiskusikan penurunan suku bunga terbesar lebih dari 1,0 persentase poin diputuskan dengan suara bulat awal bulan ini.

Dalam perdagangan terakhir di New York, dollar berada pada 1,0720 franc Swiss, turun dari 1,1236 akhir Selasa. Pound melemah menjadi 1,5516 dollar dari 1,5581 dollar.
XVD
Sumber : Ant

It's Time for Collecting Dinar.......

Selasa, 2 Desember 2008 | 15:19
Di Asia, Emas Diperdagangkan di Bawah US$ 800

SINGAPURA. Harga emas tak mengalami banyak perubahan. Di Asia, kini, emas diperdagangkan di bawah US$ 800 per troy ounce.

Pada pukul 14.34 waktu Singapura, kontrak emas untuk pengantaran cepat hampir tidak mengalami perubahan dan berada pada posisi US$ 768,23 per troy ounce. Kemarin, harga si kuning mentereng sempat terjun bebas 6% dan anjlok di bawah US$ 800 untuk pertama kalinya dalam seminggu terakhir.�

Sementara itu, emas untuk pengantaran bulan Februari merosot 1,1% menjadi US$ 768,50 per troy ounce di New York Mercantile Exchange divisi Comex.�

Sedangkan di Tokyo, emas untuk pengantaran Oktober di Tokyo Commodity Exchange terperosok 5,7% menjadi 2.292 yen per gram atau US$ 764 per troy ounce. Di Shanghai, harga emas untuk pengantaran Juni, juga terpeleset 5% menjadi 168,07 yuan per gram atau US$ 759 per troy ounce.

Menguatnya dolar dan menurunnya harga minyak mentah menjadi faktor utama penurunan harga emas. Asal tahu saja, U.S Dollar Index sudah tiga hari belakangan ini mengalami kenaikan. Sementara, harga minyak anjlok ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah tergelincir 7,7% seiring dengan murahnya harga minyak dan indeks dolar menanjak 14%.�

“Pergerakan harga emas yang berlawanan dengan dolar akan terus berlangsung untuk beberapa saat. Apalagi saat ini investor tengah mencari tempat terbaik untuk menempatkan dana mereka,” jelas Zhu Lv, research manager Shanghai Tonglian Futures Co.
Barratut Taqiyyah Bloomberg

Menunggu Aksi The Fed Mendekati Suku Bunga 0%

/ Home / Internasional /
Senin, 15 Desember 2008 | 16:34
WASHINGTON. The Federal Reserve diharapkan melakukan pemangkasan suku bunga patokan kembali lebih dekat ke level zero; sekaligus memberi sinyal untuk seminimal mungkin menggunakan metode konvensional untuk menyurung perekonomian. Hal ini terungkap dalam pertemuan dua hari yang sudah dimulai sejak Minggu (14/12) kemarin.

Ekonom mengharapkan kebijakan The Fed akan menggunting suku bunga acuannya dari 1% ke level yang lebih kontet, menjadi 0,5% atau lebih kecil dari itu. Jika memang The Fed belum bisa memampras suku bunga patokannya ke mendekati zero pada hari Selasa besok, para ekonom mengharapkan pemangkasan akan akan tetap dilakukan pada pertemuan bulan Januari. Nantinya, The Fed bakal menjajal strateginya untuk memompa si dolar untuk mendorong aktivitas bisnis.

Fed Chairman Ben Bernanke juga telah membeberkan opsi lain, termasuk membeli surat utang negara untuk mendorong suku bunga jangka panjang, atau memperbesar sokongan finansial untuk konsumsi perseorangan maupun utangan bisnis. Misalnya, harga hunian jatuh awal bulan ini setelah The Fed mengatakan bakal membeli US$ 500 miliar surat utang Fannie Mae and Freddie Mac.

Richard DeKaser, chief economist National City, memprediksikan The Fed akan menggunting suku bunganya sebesar 0,75 poin menjadi 0,25%, dan kemungkinan mengumumkan bahwa bank sentral ini akan tetap dengan suku bunga ini selama mungkin, sepanjang masih dibutuhkan untuk mempengaruhi pasar.

Ekonom lain memprediksikan pemangkasan yang besar, namun akan memberi dampak yang kecil.

Sementara, di pasar kredit, federal funds rate telah jatuh ke level yang cukup rendah dibawah 1% yang ditargetkan oleh the Fed. Misalnya, rata-rata rate ini 0,14% pada hari Kamis. Suku bunga surat utan negara juga telah terpeleset ke level yang cukup rendah sepanjang sejarah karena para pemilik modal telah putus asa mencari keranjang investasi yang aman.

Nigel Gault dari IHS Global Insight mengatakan bahwa kebijakan pajak dan anggaran belanja akan menjadi elemen yang sangat penting dalam perekonomian. Presiden terpilih Barack Obama menginginkan Kongres meloloskan paket stimulus perekonomian di bulan Januari. Paket itu memuat ratusan miliar dolar AS yang bakal digelontorkan oleh pemerintah.
Femi Adi Soempeno usatoday.com