Senin, 02 Februari 2009

Investasi di Emas dan Saham Masih Menarik

Kamis, 4 Desember 2008 | 8:25
JAKARTA. Para pengamat memprediksi, krisis ekonomi masih akan berlangsung sepanjang tahun depan. Mereka berharap tanda-tanda berakhirnya krisis yang telah menjurus ke resesi global ini baru akan terlihat pada paruh kedua 2009.

Pemulihan dari kondisi krisis ini bergantung pada ekonomi Amerika Serikat (AS). "Sementara itu, konsensus ekonom dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi AS tahun depan masih nol," ujar Direktur Schroder Investment Management Indonesia, Michael Tjoajadi disela acara seminar nasional bertema Mengatasi Dampak Krisis Keuangan Dengan Wealth Management kemarin.

Michael mengatakan, sejak kuartal keempat 2008 hingga kuartal kedua 2009, pertumbuhan ekonomi Amrik akan mengalami defisit. Di sono baru pada kuartal III 2009 mulai mengalami pertumbuhan dan kembali positif. Nah, dengan kembali positifnya ekonomi AS, ada harapan ekonomi seluruh dunia akan kembali tumbuh, dan pasar modal akan kembali stabil.

Nah, sementara kondisi pasar modal masih gonjang-ganjing, adakah sesuatu yang bisa dilakukan oleh para investor?

Menurut Alfred Pakasi, Direktur Vibiz Consulting, salah satu cara merespons krisis adalah dengan melakukan perencanaan kembali pengelolaan investasi yang baik.

Caranya dengan menelaah kembali penempatan portofolio investasi. Alfred bilang saat ini sebenarnya masih cukup banyak peluang berinvestasi di luar pasar modal.

Salah satu wahana investasi yang masih menarik di luar pasar modal adalah emas. "Emas merupakan salah satu portofolio yang memiliki nilai hedging," ujar Alfred. Lihat saja, harga si kuning mengkilat relatif stabil di tengah penurunan harga komoditas lainnya.

Selain itu Alfred juga menilai saat ini masih ada peluang dalam investasi di pasar saham. Tentu saja, investor harus menerapkan strategi yang tepat. "Pilihlah saham dengan PER yang rendah, namun memiliki likuiditas yang tinggi, seperti saham-saham blue chips," terang Alfred.

Alfred memprediksi hingga pertengahan tahun 2009 mendatang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di posisi 1.500. Sementara, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5%.

Yuwono Triatmodjo KONTAN