Senin, 03 Agustus 2009
Selasa, 26 Mei 2009
Selasa, 28 April 2009
Kamis, 09 April 2009
Cara Memproduktifkan Dinar Anda...
Bagaimana Mekanisme nya …….?
1) Dinar diserahkan ke Gerai Dinar , akan didaftar untuk diperjual belikan.
2) Dinar mulai diperjual belikan dan pembeli membayar dengan uang Rupiahnya ke Gerai Dinar.
3) Dari uang Rupiah hasil penjualan Dinar, Gerai Dinar memesan Dinar kembali ke Logam Mulia.
4) Setelah Logam Mulia selesai memproduksi dan menyerahkan ke Gerai Dinar, Gerai Dinar mengambil sebagian kelebihan-nya untuk alokasi pajak netto (selisih antara pajak keluaran dan pajak masukan), biaya operasi dan biaya penganguktan/asuransi yang jumlahnya kurang lebih 3 %5) Hasil bersih setelah dikurangi biaya-biaya di butir 4 ; misalnya sekitar 2% ; maka yang 2 % inilah yang dibagi dua antara pemilik modal Qirad dan Gerai Dinar.
5) Modal Qirad dan bagi hasil-nya diserahkan kembali ke pemilik modal; atau apabila disepakati kedua belah pihak dapat diputar kembali untuk putaran perdagangan berikutnya.
Begitu seterusnya sehingga Dinar Anda terjaga dalam Dinar sekaligus juga tumbuh melalui perdagangan yang diijinkan dan bukan melalui Riba yang dilarang
Mengenal Lebih Jauh Tentang Qirad...
Dr. Wahbah Al-Zuhayli dalam kitab Al-Fiqh Al-Islami Wa-Adillatuh dimana beliau menjelaskan bahwa Qirad dan Mudarabah hanya masalah perbedaan penyebutan dari asal daerah yang berbeda. Istilah Qirad berasal dari Hijaz sedangkan Mudarabah dari Iraq. Qirad menekankan pada aspek pinjaman modal dan penyerahan sebagian keuntungan untuk si peminjam, sedangkan Mudharabah menekankan pembagian keuntungan antara pemilik modal dan pengusaha yang menerima modal.
Selanjutnya akan lebih sering menggunakan istilah Qirad dibandingkan Mudarabah, karena istilah Qirad ini yang juga sering dipakai dalam mazab Syafi’i.
Qirad atau Mudharabah akan menjadi solusi pembiayaan yang adil bagi pemilik modal dan para entrepreneur sekaligus menjadi alternatif dari sistem ribawi yang sudah seharusnya ditinggalkan umat ini.
Syarat utama Qirad adalah :
1. Modal harus tunai atau setara tunai seperti dalam bentuk Dinar dan Dirham atau uang kertas. (mengenai keharusan tunai atau setara tunai ini, ada perbedaan pendapat diantara empat mazab. Imam Shafi’i adalah satu-satunya yang berpendapat harus tunai. Imam Hanafi, Imam Malik dan Imam Hambali ketiganya berpendapat bahwa modal bisa berupa harta benda yang tidak bersifat tunai namun yang dihitung sebagai modal bukan harta benda tersebut melainkan nilai setara tunainya .
2). Modal diketahui dengan jelas sehingga dapat dibedakan antara modal dan keuntungan.
3. Pembagian keuntungan harus jelas prosentasenya, untuk pihak penerima modal(entrepreneur) dan pemilik modal. Mudharabah atau Qirad batal apabila salah satu atau kedua pihak menentukan jumlah tertentu (bukan prosentase) dari bagi hasil.
4. Penerima modal adalah penerima amanah, wajib menjaga amanah sepenuhnya meskipun tidak ikut menanggung kerugian apabila kerugian bukan karena kesengajaannya.
5. Qirad dapat bersifat terbuka ataupun terbatas.
Dalam Qirad terbuka, penerima modal tidak dibatasi dengan jenis usaha, pasar, tempat dlsb. Dalam qirad terbatas, penerima modal harus berusaha dalam batasan yang disepakati dengan pemilik modal.
Pembiayaan melalui Qirad akan memudahkan orang-orang yang jujur, adil, hati-hati dan memiliki kompetensi untuk bidang usaha yang ditekuninya untuk menerima amanah dari para pemilik modal – dan untuk ini tidak diperlukan jaminan yang sifatnya materi.
Sebaliknya bagi orang yang tidak memiliki salah satu dari syarat tersebut akan kesulitan untuk memperoleh pembiayaan meskipun orang tersebut memiliki jaminan materi yang banyak jumlahnya.
Sistem pembiayaan semacam ini akan menciptakan lingkungan usaha yang berpegang pada tata-nilai atau values yang membentuk akhlaq yang luhur bagi para pelakunya.
Orang-orang yang tidak bisa jujur, tidak bisa adil, tidak hati hati dan tidak pula memiliki kompetensi akan dengan sendirinya tersingkir dari lingkungan usaha. Sebaliknya dunia usaha akan didominasi oleh orang-oarng yang adil, jujur, hati-hati dan memiliki kompetensi yang tinggi.
Generasi pengusaha yang semacam inilah nantinya yang akan memakmurkan umat Islam secara keseluruhan dan mengembalikan kejayaan Islam pada waktunya.
Ini teori dan dasar hukum produk Qirad yang dikembangkan di GeraiDinar. Biar keren dizaman informasi ini produk qirad ini di berinama I-Qirad
Minggu, 22 Maret 2009
Krisis Pukul Banyak Negara
Minggu, 22 Maret 2009 | 03:36 WIB
Brussels, Sabtu - Krisis ekonomi global telah memukul sejumlah negara berkembang. Krisis membuat aliran modal keluar, menurunkan bantuan, dan menghambat ekspor. Tahun ini diperkirakan 400.000 bayi akan meninggal sebagai dampak tak langsung dari krisis ekonomi, di luar kematian rutin.
Demikian dikatakan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick di Brussels, Belgia, Sabtu (21/3), saat berbicara pada telekonferensi trans-Atlantik dengan think-tank dari Jerman, Marshall Fund.
Zoellick mengatakan, hal itu bisa dicegah jika masing-masing negara donor menaikkan bantuan 15 miliar dollar AS.
Negara berkembang membutuhkan bantuan internasional sebesar 200 miliar dollar AS pada tahun 2009. Namun, krisis yang memukul banyak negara membuat kebutuhan dana naik menjadi 500 miliar dollar AS hingga 700 miliar dollar AS, termasuk untuk mencegah kejatuhan ekonomi sejumlah negara.
Zoellick mengatakan, bantuan diperlukan untuk pendistribusian pangan dan pembangunan jalan-jalan yang mendorong peningkatan produksi pangan di negara berkembang.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, yang terjadi bukan hanya kematian bayi, tetapi juga peningkatan jumlah penduduk miskin yang sekarang saja sekitar 1,2 miliar dari 7 miliar penduduk dunia.
Zoellick kembali mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa pada tahun 2009 ekonomi akan terkontraksi 2 persen. Jika angka kemiskinan ingin diturunkan 1 persen, dunia membutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen. Oleh karena itu, Zoellick mengingatkan hilangnya potensi satu generasi akibat krisis.
Stimulus mengkhawatirkan
Untuk mengatasi krisis, sejumlah negara sudah mencanangkan stimulus atau peningkatan anggaran pemerintah untuk menggenjot permintaan. Juga sudah dibahas rencana penyelamatan perbankan yang didera kredit macet dan enggan menyalurkan kredit.
Akan tetapi, semua itu baru rencana dan belum direalisasikan. Hal lain yang belum diatasi adalah bagaimana agar spekulasi, yang melahirkan volatilitas di pasar, dihentikan.
Spekulasi menimbulkan kekhawatiran yang merunyamkan kepercayaan pasar. Uni Eropa selalu menekankan agar regulasi yang mengendalikan hedge fund, kumpulan dana investasi yang umumnya dipakai berspekulasi, diluncurkan.
Semua itu belum terwujud. Tentang isu ini, Zoellick menyatakan prihatin. Dia mengkhawatirkan krisis akan berlangsung lama jika kecepatan bertindak tidak diwujudkan. Taruhan dari keterlambatan bertindak adalah risiko kehilangan pekerjaan dengan segala dampak lanjutannya.
Zoellick juga mengingatkan, stimulus saja tidak cukup.
Stimulus bertujuan menggenjot perekonomian. Namun, krisis sekarang ini muncul bukan karena ketiadaan pengeluaran pemerintah, tetapi akibat krisis perbankan, lembaga keuangan, serta manipulasi keuangan disertai tindakan para eksekutif perusahaan yang memberi diri sendiri bonus dengan menelan keuangan perusahaan yang dalam keadaan bangkrut.
”Pencanangan stimulus tanpa mengatasi akar masalah akan seperti melakukan sesuatu tanpa memberi efek yang pas bagi ekonomi,” kata Zoellick.
Peluncuran stimulus juga baru akan dimulai tahun 2010, sebuah tindakan yang dianggap lambat. Padahal, kata Zoellick, kini sektor perdagangan dunia sudah turun, yang menghilangkan pendapatan banyak orang. (REUTERS/AP/AFP/MON)
Zoellick: 400.000 Bayi Akan Meninggal pada Tahun 2009
Brussels, Sabtu - Krisis ekonomi global telah memukul sejumlah negara berkembang. Krisis membuat aliran modal keluar, menurunkan bantuan, dan menghambat ekspor. Tahun ini diperkirakan 400.000 bayi akan meninggal sebagai dampak tak langsung dari krisis ekonomi, di luar kematian rutin.
Demikian dikatakan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick di Brussels, Belgia, Sabtu (21/3), saat berbicara pada telekonferensi trans-Atlantik dengan think-tank dari Jerman, Marshall Fund.
Zoellick mengatakan, hal itu bisa dicegah jika masing-masing negara donor menaikkan bantuan 15 miliar dollar AS.
Negara berkembang membutuhkan bantuan internasional sebesar 200 miliar dollar AS pada tahun 2009. Namun, krisis yang memukul banyak negara membuat kebutuhan dana naik menjadi 500 miliar dollar AS hingga 700 miliar dollar AS, termasuk untuk mencegah kejatuhan ekonomi sejumlah negara.
Zoellick mengatakan, bantuan diperlukan untuk pendistribusian pangan dan pembangunan jalan-jalan yang mendorong peningkatan produksi pangan di negara berkembang.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, yang terjadi bukan hanya kematian bayi, tetapi juga peningkatan jumlah penduduk miskin yang sekarang saja sekitar 1,2 miliar dari 7 miliar penduduk dunia.
Zoellick kembali mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa pada tahun 2009 ekonomi akan terkontraksi 2 persen. Jika angka kemiskinan ingin diturunkan 1 persen, dunia membutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen. Oleh karena itu, Zoellick mengingatkan hilangnya potensi satu generasi akibat krisis.
Stimulus mengkhawatirkan
Untuk mengatasi krisis, sejumlah negara sudah mencanangkan stimulus atau peningkatan anggaran pemerintah untuk menggenjot permintaan. Juga sudah dibahas rencana penyelamatan perbankan yang didera kredit macet dan enggan menyalurkan kredit.
Akan tetapi, semua itu baru rencana dan belum direalisasikan. Hal lain yang belum diatasi adalah bagaimana agar spekulasi, yang melahirkan volatilitas di pasar, dihentikan.
Spekulasi menimbulkan kekhawatiran yang merunyamkan kepercayaan pasar. Uni Eropa selalu menekankan agar regulasi yang mengendalikan hedge fund, kumpulan dana investasi yang umumnya dipakai berspekulasi, diluncurkan.
Semua itu belum terwujud. Tentang isu ini, Zoellick menyatakan prihatin. Dia mengkhawatirkan krisis akan berlangsung lama jika kecepatan bertindak tidak diwujudkan. Taruhan dari keterlambatan bertindak adalah risiko kehilangan pekerjaan dengan segala dampak lanjutannya.
Zoellick juga mengingatkan, stimulus saja tidak cukup.
Stimulus bertujuan menggenjot perekonomian. Namun, krisis sekarang ini muncul bukan karena ketiadaan pengeluaran pemerintah, tetapi akibat krisis perbankan, lembaga keuangan, serta manipulasi keuangan disertai tindakan para eksekutif perusahaan yang memberi diri sendiri bonus dengan menelan keuangan perusahaan yang dalam keadaan bangkrut.
”Pencanangan stimulus tanpa mengatasi akar masalah akan seperti melakukan sesuatu tanpa memberi efek yang pas bagi ekonomi,” kata Zoellick.
Peluncuran stimulus juga baru akan dimulai tahun 2010, sebuah tindakan yang dianggap lambat. Padahal, kata Zoellick, kini sektor perdagangan dunia sudah turun, yang menghilangkan pendapatan banyak orang. (REUTERS/AP/AFP/MON)
Jumat, 13 Maret 2009
Kamis, 12 Maret 2009
Sabtu, 07 Maret 2009
MENGAPA DOLLAR USD MENGUAT HARGA EMAS TURUN
Nopember 2nd, 2008 . by husnur
erlalu banyak pertanyaan seperti ini: Di saat Amerika Serikat dilanda
krisis yang hebat seperti ini, mengapa dolarnya justru menguat?
Mengapa harga emas justru merosot? Bukankah dalam suasana krisis
mestinya harga emas naik?
Jawabnya tidak tunggal, tapi yang utama hanya satu; terlalu banyak
orang di banyak negara yang membutuhkan dolar AS.
Lembaga-lembaga keuangan raksasa yang dulu selalu meminjamkan uang
dalam dolar AS, sekarang memerlukan dolar sebanyak yang bisa ditarik.
Kalau dulu dolar mengalir dari AS ke seluruh dunia, kini semua dolar
harus mengalir balik ke AS untuk menutup lubang menganga yang sangat
besar akibat krisis itu.
Masih ada tambahan lagi, di AS banyak perusahaan atau aset yang dijual
dengan harga murah. Akibatnya, orang kaya dari seluruh dunia juga
banyak yang tergiur untuk membeli aset itu. Tentu mereka membutuhkan
dolar AS. Perusahaan (saham) AS yang di luar negeri juga banyak yang
dijual. Pembelinya juga perlu dolar. Perusahaan-perusaha an yang punya
pinjaman dolar diminta membayar sebelum jatuh tempo. Kalau tidak bisa
bayar, perusahaan itu disita untuk dijual. Juga pakai dolar. Apakah
bisa menarik kredit sebelum jatuh tempo? Bisa! Baca akad kreditnya.
Pasti menyebutkan klausul seperti itu.
Satu-satunya negara yang mata uangnya justru menguat terhadap dolar AS
hanyalah Jepang. Ini karena fondasi ekonomi Jepang sangat kukuh. Uang
cash-nya amat banyak dan dalam posisi aman. Bank-banknya punya sumber
dana yang amat murah dan berjangka panjang. Penabung di Jepang hanya
mendapat bunga 0,5% setahun.
Sebagai negara yang maju berkat dibantu AS (setelah kalah perang dunia
dulu), semestinya Jepang kini harus membantu AS. Jepang punya
kemampuan untuk itu. Cadangan devisanya nyaris USD 1 triliun! (USD 950
miliar). Dana pensiunnya, lebih gila lagi: USD 1,5 triliun. Kekayaan
sejumlah orang berduit di sana mencapai USD 15 triliun. Dana deposito
di bank mencapai USD 8 triliun.
Para ahli menyebutkan, dengan kemampuan itu Jepang bisa banyak
berbuat. Toh, Jepang tidak mau melakukannya. Jepang harus memikirkan
keselamatan negaranya dulu. Padahal, Jepang adalah kekuatan ekonomi
kedua terbesar di dunia setelah AS. Padahal, Jepang tidak akan bisa
seperti sekarang kalau dulu tidak dibantu AS. Undang-undang dasar
Jepang saja yang membuatkan McArthur! Toh, dalam keadaan krisis
seperti ini keselamatan diri sendiri dulu yang diutamakan.
Maka, jangan harap kalau Indonesia nanti terkena krisis, ada negara
lain yang mau membantu. Kini, semua negara menyelamatkan diri
masing-masing. Tidak akan ada balas jasa sekalipun. Karena itu,
mumpung krisis yang berat belum mengenai kita, Indonesia harus memupuk
terus kemampuan keuangannya. Rencana menurunkan harga BBM benar-benar
harus dihitung dulu kapan saatnya yang paling tepat.
Sebenarnya krisis yang terjadi di AS menjadi lebih gawat, antara lain,
juga karena hilangnya rasa percaya diri. Rasa konfiden itu mudah
hilang kalau kita tidak punya cukup uang. Kian besar dana yang
dimiliki negara, kian besar konfiden itu. Penyelenggara negara saat
ini tidak boleh kehilangan konfiden hanya karena tekanan politik.
Sebenarnya bukan tidak ada keinginan Jepang untuk membantu AS. Seorang
tokoh politik di sana, Kotaro Tamura, bahkan sampai jengkel karena
inisiatifnya untuk membantu AS tidak mendapat sambutan di dalam
negeri. Tamura, seorang invesment banking yang kini menjadi anggota
DPR dan mengetuai satu faksi dalam partai pemerintah, berpendapat,
mestinya Jepang bisa menggunakan uang cash-nya yang begitu banyak
untuk ikut menyembuhkan ekonomi dunia.
“Ini sebenarnya kesempatan besar bagi Jepang,” kata Tamura seperti
dikutip media seluruh dunia. “Sekarang ini, di AS, semuanya murah.
Seharusnya kita menggunakan dana kita untuk membeli semua itu,”
katanya. Dengan cara itu, kata Tamura, Jepang bisa memberikan sinyal
yang baik bagi pulihnya ekonomi dunia. Apalagi, bantuan itu toh bukan
pinjaman yang berisiko. Bantuan itu berupa kesediaan membeli aset-aset
yang lagi dijual di AS.
Beberapa perusahaan Jepang memang sudah membeli aset tersebut.
Mitsubishi membeli sebagian saham Morgan Stanley sebesar USD 9 miliar,
membeli Union BanCal di San Fransisco sebesar USD 3,5 miliar, dan
membeli Aberdeen Asset Management sebesar USD 190 juta. Tapi, itu
dianggap belum ada artinya.
Kalau Jepang bisa membeli sebanyak mungkin aset murah di AS, kata
Tamura, dalam 10 tahun mendatang Jepang akan menikmati hasilnya: Hasil
ekonomi dan hasil politik. Toh seruan Tamura itu tidak ada yang
menggubris. Tamura yang baru 45 tahun dan yang dikenal suka berpakaian
elegan (jarang politisi Jepang yang berani memakai pakaian yang mahal
seperti dia) menjadi sangat ketus.
Bahkan, proposalnya agar Jepang membuat perusahaan negara seperti
Temasek di Singapura juga ditolak. Padahal, selama ini dana-dana di
Jepang itu hanya menghasilkan bunga yang sangat rendah: 0,5% setahun!
Kalau dana itu diakumulasikan ke dalam satu usaha seperti Temasek,
hasilnya bisa sampai 18% setahun.
Jepang memang bangsa yang paling hati-hati terhadap sesuatu yang
berisiko. Tingkatnya bukan lagi sekadar hati-hati, melainkan sudah
“benci pada risiko”. “Bahkan, risiko baik sekali pun,” ujar Tamura.
Mana ada orang yang memilih dapat bunga 0,5% daripada 18%. “Orang
Jepang itu tidak tahu apa artinya laba,” kata Tamura.
Tapi, itulah memang Jepang. Mereka menilai bunga 0,5% tapi aman lebih
baik daripada “bunga 18%” tapi ada risikonya. Kita memang kagum dengan
langkah seperti Temasek, tapi kini kita juga perlu bertanya berapa
kerugian Temasek akibat krisis ini.
Demikian juga investasi China di Blackstone yang mencapai USD 250
miliar dua tahun lalu, kira-kira juga sudah hilang setidaknya
separonya. Ini berarti ada uang Rp 1.200 triliun yang tiba-tiba
lenyap. Uang yang hilang sekejap itu sudah sama dengan seluruh APBN
Indonesia!
Bagaimana dengan sikap China? Kita belum pernah mendengar inisiatif
China untuk menggunakan cadangan devisa terbesarnya di dunia itu untuk
ikut menyelamatkan Amerika. China pasti ingin menyelamatkan dirinya
sendiri dulu. Rakyatnya begitu banyak. Pabriknya yang harus tutup
jumlahnya bukan hanya ribuan. China pasti akan menggunakan cadangan
devisa, pertama-tama untuk dirinya sendiri.
Apalagi China pasti tahu bahwa meski terkena krisis, Amerika masihlah
negara kaya. Saya sering menyebutkan dengan krisis ini status Amerika
hanya turun dari “negara yang kaya raya” menjadi “negara yang kaya
sekali”. Kapitalisasi pasar modalnya masih lebih besar dibanding
Jepang, Korea, Jerman, China, Prancis, Inggris, dan Australia
dijadikan satu! Kekuatan ekonomi China yang sudah kita puji-puji itu
baru sebesar ekonomi satu negara bagian California.
Ibarat layang-layang, perusahaan-perusaha an di Indonesia kini masih
dalam status terbang. Baru satu-dua yang oleng kehilangan angin. Tapi,
semua pemilik perusahaan kini harus terus dalam posisi memegang benang
sambil mata tetap terus mengawasi layang-layang masing-masing. Begitu
kehilangan angin harus tahu apa yang harus dilakukan: Tarik benangnya.
Lengah sedikit, layang-layang itu bisa langsung nyungsep ke tanah.
Mata tidak boleh berkedip. Jangan sampai, misalnya, ditinggal ke
toilet sekalipun. Banyak yang mungkin menganggap ini berlebihan. Tapi,
siapa yang beranggapan demikian, layang-layangnyalah yang akan
nyungsep lebih dulu
erlalu banyak pertanyaan seperti ini: Di saat Amerika Serikat dilanda
krisis yang hebat seperti ini, mengapa dolarnya justru menguat?
Mengapa harga emas justru merosot? Bukankah dalam suasana krisis
mestinya harga emas naik?
Jawabnya tidak tunggal, tapi yang utama hanya satu; terlalu banyak
orang di banyak negara yang membutuhkan dolar AS.
Lembaga-lembaga keuangan raksasa yang dulu selalu meminjamkan uang
dalam dolar AS, sekarang memerlukan dolar sebanyak yang bisa ditarik.
Kalau dulu dolar mengalir dari AS ke seluruh dunia, kini semua dolar
harus mengalir balik ke AS untuk menutup lubang menganga yang sangat
besar akibat krisis itu.
Masih ada tambahan lagi, di AS banyak perusahaan atau aset yang dijual
dengan harga murah. Akibatnya, orang kaya dari seluruh dunia juga
banyak yang tergiur untuk membeli aset itu. Tentu mereka membutuhkan
dolar AS. Perusahaan (saham) AS yang di luar negeri juga banyak yang
dijual. Pembelinya juga perlu dolar. Perusahaan-perusaha an yang punya
pinjaman dolar diminta membayar sebelum jatuh tempo. Kalau tidak bisa
bayar, perusahaan itu disita untuk dijual. Juga pakai dolar. Apakah
bisa menarik kredit sebelum jatuh tempo? Bisa! Baca akad kreditnya.
Pasti menyebutkan klausul seperti itu.
Satu-satunya negara yang mata uangnya justru menguat terhadap dolar AS
hanyalah Jepang. Ini karena fondasi ekonomi Jepang sangat kukuh. Uang
cash-nya amat banyak dan dalam posisi aman. Bank-banknya punya sumber
dana yang amat murah dan berjangka panjang. Penabung di Jepang hanya
mendapat bunga 0,5% setahun.
Sebagai negara yang maju berkat dibantu AS (setelah kalah perang dunia
dulu), semestinya Jepang kini harus membantu AS. Jepang punya
kemampuan untuk itu. Cadangan devisanya nyaris USD 1 triliun! (USD 950
miliar). Dana pensiunnya, lebih gila lagi: USD 1,5 triliun. Kekayaan
sejumlah orang berduit di sana mencapai USD 15 triliun. Dana deposito
di bank mencapai USD 8 triliun.
Para ahli menyebutkan, dengan kemampuan itu Jepang bisa banyak
berbuat. Toh, Jepang tidak mau melakukannya. Jepang harus memikirkan
keselamatan negaranya dulu. Padahal, Jepang adalah kekuatan ekonomi
kedua terbesar di dunia setelah AS. Padahal, Jepang tidak akan bisa
seperti sekarang kalau dulu tidak dibantu AS. Undang-undang dasar
Jepang saja yang membuatkan McArthur! Toh, dalam keadaan krisis
seperti ini keselamatan diri sendiri dulu yang diutamakan.
Maka, jangan harap kalau Indonesia nanti terkena krisis, ada negara
lain yang mau membantu. Kini, semua negara menyelamatkan diri
masing-masing. Tidak akan ada balas jasa sekalipun. Karena itu,
mumpung krisis yang berat belum mengenai kita, Indonesia harus memupuk
terus kemampuan keuangannya. Rencana menurunkan harga BBM benar-benar
harus dihitung dulu kapan saatnya yang paling tepat.
Sebenarnya krisis yang terjadi di AS menjadi lebih gawat, antara lain,
juga karena hilangnya rasa percaya diri. Rasa konfiden itu mudah
hilang kalau kita tidak punya cukup uang. Kian besar dana yang
dimiliki negara, kian besar konfiden itu. Penyelenggara negara saat
ini tidak boleh kehilangan konfiden hanya karena tekanan politik.
Sebenarnya bukan tidak ada keinginan Jepang untuk membantu AS. Seorang
tokoh politik di sana, Kotaro Tamura, bahkan sampai jengkel karena
inisiatifnya untuk membantu AS tidak mendapat sambutan di dalam
negeri. Tamura, seorang invesment banking yang kini menjadi anggota
DPR dan mengetuai satu faksi dalam partai pemerintah, berpendapat,
mestinya Jepang bisa menggunakan uang cash-nya yang begitu banyak
untuk ikut menyembuhkan ekonomi dunia.
“Ini sebenarnya kesempatan besar bagi Jepang,” kata Tamura seperti
dikutip media seluruh dunia. “Sekarang ini, di AS, semuanya murah.
Seharusnya kita menggunakan dana kita untuk membeli semua itu,”
katanya. Dengan cara itu, kata Tamura, Jepang bisa memberikan sinyal
yang baik bagi pulihnya ekonomi dunia. Apalagi, bantuan itu toh bukan
pinjaman yang berisiko. Bantuan itu berupa kesediaan membeli aset-aset
yang lagi dijual di AS.
Beberapa perusahaan Jepang memang sudah membeli aset tersebut.
Mitsubishi membeli sebagian saham Morgan Stanley sebesar USD 9 miliar,
membeli Union BanCal di San Fransisco sebesar USD 3,5 miliar, dan
membeli Aberdeen Asset Management sebesar USD 190 juta. Tapi, itu
dianggap belum ada artinya.
Kalau Jepang bisa membeli sebanyak mungkin aset murah di AS, kata
Tamura, dalam 10 tahun mendatang Jepang akan menikmati hasilnya: Hasil
ekonomi dan hasil politik. Toh seruan Tamura itu tidak ada yang
menggubris. Tamura yang baru 45 tahun dan yang dikenal suka berpakaian
elegan (jarang politisi Jepang yang berani memakai pakaian yang mahal
seperti dia) menjadi sangat ketus.
Bahkan, proposalnya agar Jepang membuat perusahaan negara seperti
Temasek di Singapura juga ditolak. Padahal, selama ini dana-dana di
Jepang itu hanya menghasilkan bunga yang sangat rendah: 0,5% setahun!
Kalau dana itu diakumulasikan ke dalam satu usaha seperti Temasek,
hasilnya bisa sampai 18% setahun.
Jepang memang bangsa yang paling hati-hati terhadap sesuatu yang
berisiko. Tingkatnya bukan lagi sekadar hati-hati, melainkan sudah
“benci pada risiko”. “Bahkan, risiko baik sekali pun,” ujar Tamura.
Mana ada orang yang memilih dapat bunga 0,5% daripada 18%. “Orang
Jepang itu tidak tahu apa artinya laba,” kata Tamura.
Tapi, itulah memang Jepang. Mereka menilai bunga 0,5% tapi aman lebih
baik daripada “bunga 18%” tapi ada risikonya. Kita memang kagum dengan
langkah seperti Temasek, tapi kini kita juga perlu bertanya berapa
kerugian Temasek akibat krisis ini.
Demikian juga investasi China di Blackstone yang mencapai USD 250
miliar dua tahun lalu, kira-kira juga sudah hilang setidaknya
separonya. Ini berarti ada uang Rp 1.200 triliun yang tiba-tiba
lenyap. Uang yang hilang sekejap itu sudah sama dengan seluruh APBN
Indonesia!
Bagaimana dengan sikap China? Kita belum pernah mendengar inisiatif
China untuk menggunakan cadangan devisa terbesarnya di dunia itu untuk
ikut menyelamatkan Amerika. China pasti ingin menyelamatkan dirinya
sendiri dulu. Rakyatnya begitu banyak. Pabriknya yang harus tutup
jumlahnya bukan hanya ribuan. China pasti akan menggunakan cadangan
devisa, pertama-tama untuk dirinya sendiri.
Apalagi China pasti tahu bahwa meski terkena krisis, Amerika masihlah
negara kaya. Saya sering menyebutkan dengan krisis ini status Amerika
hanya turun dari “negara yang kaya raya” menjadi “negara yang kaya
sekali”. Kapitalisasi pasar modalnya masih lebih besar dibanding
Jepang, Korea, Jerman, China, Prancis, Inggris, dan Australia
dijadikan satu! Kekuatan ekonomi China yang sudah kita puji-puji itu
baru sebesar ekonomi satu negara bagian California.
Ibarat layang-layang, perusahaan-perusaha an di Indonesia kini masih
dalam status terbang. Baru satu-dua yang oleng kehilangan angin. Tapi,
semua pemilik perusahaan kini harus terus dalam posisi memegang benang
sambil mata tetap terus mengawasi layang-layang masing-masing. Begitu
kehilangan angin harus tahu apa yang harus dilakukan: Tarik benangnya.
Lengah sedikit, layang-layang itu bisa langsung nyungsep ke tanah.
Mata tidak boleh berkedip. Jangan sampai, misalnya, ditinggal ke
toilet sekalipun. Banyak yang mungkin menganggap ini berlebihan. Tapi,
siapa yang beranggapan demikian, layang-layangnyalah yang akan
nyungsep lebih dulu
Kalla: Rupiah Rontok karena AS Tarik Dollar
Jumat, 14 November 2008 | 15:35 WIB
JAKARTA, JUMAT — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS lebih disebabkan likuiditas dollar AS yang menyusut karena Amerika Serikat menarik dollar mereka secara besar-besaran.
Ia juga mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar juga terjadi terhadap mata uang di negara-negara lain di Asia, seperti Jepang, Korea, Malaysia, dan Singapura. "Ini lebih karena faktor internasional," katanya di Istana Wapres, Jumat (14/11).
Ulah Amerika Serikat yang menarik dollar membuat mata uang ini kering di sejumlah negara. AS memang sedang membutuhkan dollar dalam jumlah yang sangat besar untuk melakukan bailout terhadap sejumlah perusahaan raksasa finansial di negara tersebut, seperti AIG dan Lehman Brothers.
"Amerika melakukan bailout besar-besaran untuk memperkuat basis di negara mereka," kata Wapres. Itu sebabnya, tuturnya, semuanya tergantung Amerika.
Yohan Rubiyantoro
Sejak Lehman Bangkrut, Emas Kian Diburu
LONDON. Investor kini tengah mencari perlindungan seiring terjadinya ketidakpastian yang tinggi di pasar dunia. Emas pun dinilai menjadi pilihan yang paling aman. Terbukti, permintaan akan logam mulia ini semakin meningkat pesat.
Zuercher Kantonalbank bilang, simpanan emas di bank asal Swiss ini melonjak. Bahkan aset dari ZKB Gold ETF di bank Zuercher menyentuh rekor tertinggi selama tujuh minggu berturut-turut. Nilai investasi emas setara dengan US$ 2,25 miliar jika dikonversikan dengan harga pasar saat ini. Dan jumlah tersebut sama dengan produksi global selama 12 hari.
“Permintaan emas sangat tinggi. Jumlah simpanan emas di bank kami benar-benar meningkat,” jelas Susanne Toren, analis metal Zuercher Kantonalbank.
Kebanyakan dari investor mulai memburu emas koin dan batangan sejak terjadinya kebangkrutan Lehman Brothers Holding Inc beberapa waktu lalu.
Selain emas, Zuercher Kantonalbank yang dimiliki oleh Canton of Zurich, juga menangani investasi pada perak, platinum dan palladium. Jurubicara Zuercher Kantonalbank Sibylle Umiker juga sudah memberikan konfirmasinya mengenai hal ini. Bahkan saking tingginya simpanan emas, pihaknya berencana mencari ruang tambahan untuk simpanan di Swiss.
Barratut Taqiyyah Bloomberg
Zuercher Kantonalbank bilang, simpanan emas di bank asal Swiss ini melonjak. Bahkan aset dari ZKB Gold ETF di bank Zuercher menyentuh rekor tertinggi selama tujuh minggu berturut-turut. Nilai investasi emas setara dengan US$ 2,25 miliar jika dikonversikan dengan harga pasar saat ini. Dan jumlah tersebut sama dengan produksi global selama 12 hari.
“Permintaan emas sangat tinggi. Jumlah simpanan emas di bank kami benar-benar meningkat,” jelas Susanne Toren, analis metal Zuercher Kantonalbank.
Kebanyakan dari investor mulai memburu emas koin dan batangan sejak terjadinya kebangkrutan Lehman Brothers Holding Inc beberapa waktu lalu.
Selain emas, Zuercher Kantonalbank yang dimiliki oleh Canton of Zurich, juga menangani investasi pada perak, platinum dan palladium. Jurubicara Zuercher Kantonalbank Sibylle Umiker juga sudah memberikan konfirmasinya mengenai hal ini. Bahkan saking tingginya simpanan emas, pihaknya berencana mencari ruang tambahan untuk simpanan di Swiss.
Barratut Taqiyyah Bloomberg
Harga spot emas pagi naik ke US$813,30
Jumat, 28/11/2008 08:53 WIB
oleh : Elsya Refianti
JAKARTA (Bisnis.com): Harga emas di pasar spot pagi ini� tercatat di level US$813,30 per ounce atau menguat jika dibandingkan dengan level kemarin di US812,10 per ounce, ungkap siaran televisi CNBC.
Sementara itu, dari London Bloomberg melaporkan emas diperdagangkan mendekati tertinggi lima pekan di London karena spekulasi Federal Reserve bakal memangkas suku bunga melemahkan dolar AS, sehingga mengangkat kinerja logam mulia itu sebagai alternatif investasi.
Penurunan terbesar belanja konsumen AS dalam 7 tahun mengipasi spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga guna mencegah berlarutnya resesi. Perdagangan berpeluang melambat selama sisa akhir pekan ini karena sebagian besar bursa AS libur Thanksgiving.
“Semua orang tengah menunggu the Fed untuk mengumumkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut, yang akan sangat menopang harga emas,” kata Bayram Dincer, analis komoditas di Dresdner Bank, melalui telepon dari Zurich.
Emas untuk pengiriman segera naik US$2,42 atau 0,3% menjadi US$813,33 per ounce pada pkl. 12:49 di London. Kontrak Desember emas naik US$5,10 atau 0,6% menjadi US$813,60 di perdagangan elektronik pada divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Harga emas menanjak 9% dalam lima hari terakhir. Sejauh ini harga emas hanya melemah 2,2% pada tahun ini, dibandingkan dengan keterpurukan 35% pada S&P GSCI Index untuk 24 bahan baku.
Di antara logam lainnya untuk pengiriman segera di London, perak tertekan 0,8% menjadi US$10,235 per ounce. Platinum naik US$2 atau 0,2% ke US$866,50 per ounce dan palladium berada di penurunan US$1,50 atau 0,8% pada posisi US$192.(er)
oleh : Elsya Refianti
JAKARTA (Bisnis.com): Harga emas di pasar spot pagi ini� tercatat di level US$813,30 per ounce atau menguat jika dibandingkan dengan level kemarin di US812,10 per ounce, ungkap siaran televisi CNBC.
Sementara itu, dari London Bloomberg melaporkan emas diperdagangkan mendekati tertinggi lima pekan di London karena spekulasi Federal Reserve bakal memangkas suku bunga melemahkan dolar AS, sehingga mengangkat kinerja logam mulia itu sebagai alternatif investasi.
Penurunan terbesar belanja konsumen AS dalam 7 tahun mengipasi spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga guna mencegah berlarutnya resesi. Perdagangan berpeluang melambat selama sisa akhir pekan ini karena sebagian besar bursa AS libur Thanksgiving.
“Semua orang tengah menunggu the Fed untuk mengumumkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut, yang akan sangat menopang harga emas,” kata Bayram Dincer, analis komoditas di Dresdner Bank, melalui telepon dari Zurich.
Emas untuk pengiriman segera naik US$2,42 atau 0,3% menjadi US$813,33 per ounce pada pkl. 12:49 di London. Kontrak Desember emas naik US$5,10 atau 0,6% menjadi US$813,60 di perdagangan elektronik pada divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Harga emas menanjak 9% dalam lima hari terakhir. Sejauh ini harga emas hanya melemah 2,2% pada tahun ini, dibandingkan dengan keterpurukan 35% pada S&P GSCI Index untuk 24 bahan baku.
Di antara logam lainnya untuk pengiriman segera di London, perak tertekan 0,8% menjadi US$10,235 per ounce. Platinum naik US$2 atau 0,2% ke US$866,50 per ounce dan palladium berada di penurunan US$1,50 atau 0,8% pada posisi US$192.(er)
Para Kura-Kura China di Wall Street Pilih Balik Kampung
Senin, 22 Desember 2008 | 16:35
NEW YORK. Dulu, para pekerja China di Wall Street disebut-sebut pekerja kerah emas (gold-collar workers). Tapi kini, kondisinya malah berbalik. Saat ini, mereka lebih dikenal sebagai kura-kura laut (sea turtles) yang belakangan memutuskan untuk berenang kembali ke negaranya untuk melarikan diri dari amukan badai finansial.
Hal ini terlihat dari padatnya pameran kerja (job fair) yang digelar di beberapa kota utama AS. Sabtu (20/12) lalu, setidaknya terdapat kurang lebih 1.000 turtle yang memadati ballroom di sebuah hotel New York. Mereka memang tengah menghadiri job fair yang menawarkan kesempatan bekerja di Shanghai.
Salah satu diantara mereka adalah Dong Shaw, yang sudah delapan tahun ini bekerja di Wall Street. “Krisis di AS sangat akut. Kami harus mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan,” kata Shaw.
Shaw sendiri sangat tertarik untuk mencari peluang di sektor finansial China yang saat ini prospek pertumbuhannya masih sangat bagus dan sehat. “Sebagai pasar baru, China penuh dengan segudang kesempatan,” jelasnya.
Gerak cepat China
Krisis finansial terburuk dalam satu dekade terakhir menjadikan perekonomian AS masuk ke jurang resesi yang terburuk sejak Desember 2007. Alhasil, sekitar 2 juta pekerja kehilangan pekerjaan. Industri sekuritas di New York juga telah kehilangan sekitar 16.000 pekerja.
Berdasarkan data pemerintahan setempat, pada Oktober tahun depan, total warga yang kehilangan pekerjaannya bisa mencapai 38.000 orang. Bahkan sekitar 10.000 pekerja lagi juga akan dipangkas dari sektor-sektor lain yang memiliki keterkaitan langsung seperti perbankan.
Beberapa kota dan perusahaan di China bergerak cepat untuk mengambil kesempatan tersebut. Mereka berupaya merekrut kembali tenaga-tenaga China yang berpendidikan tinggi untuk berkarya di kampung halamannya.
Hal ini tidaklah mengherankan. Pasalnya, berdasarkan data dari Pemerintah China, dari 1,2 juta warga China yang pergi ke luar negeri untuk belajar dalam 30 tahun terakhir, hanya seperempat dari mereka yang kembali ke negara asalnya.
Pameran kerja hari Sabtu lalu diprakarsai oleh pemerintah Shanghai dan diikuti oleh 24 bank, asuransi dan perusahaan sekuritas dari kota Shanghai, termasuk di dalamnya Shanghai Stock Exchange.
Pada awal bulan ini, Nanjing di provinsi Jiangsu, China Timur, juga pernah mengadakan even serupa di beberapa kota utama AS. Pameran kerja itu dipadati oleh ratusan orang.
Barratut Taqiyyah Reuters
NEW YORK. Dulu, para pekerja China di Wall Street disebut-sebut pekerja kerah emas (gold-collar workers). Tapi kini, kondisinya malah berbalik. Saat ini, mereka lebih dikenal sebagai kura-kura laut (sea turtles) yang belakangan memutuskan untuk berenang kembali ke negaranya untuk melarikan diri dari amukan badai finansial.
Hal ini terlihat dari padatnya pameran kerja (job fair) yang digelar di beberapa kota utama AS. Sabtu (20/12) lalu, setidaknya terdapat kurang lebih 1.000 turtle yang memadati ballroom di sebuah hotel New York. Mereka memang tengah menghadiri job fair yang menawarkan kesempatan bekerja di Shanghai.
Salah satu diantara mereka adalah Dong Shaw, yang sudah delapan tahun ini bekerja di Wall Street. “Krisis di AS sangat akut. Kami harus mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan,” kata Shaw.
Shaw sendiri sangat tertarik untuk mencari peluang di sektor finansial China yang saat ini prospek pertumbuhannya masih sangat bagus dan sehat. “Sebagai pasar baru, China penuh dengan segudang kesempatan,” jelasnya.
Gerak cepat China
Krisis finansial terburuk dalam satu dekade terakhir menjadikan perekonomian AS masuk ke jurang resesi yang terburuk sejak Desember 2007. Alhasil, sekitar 2 juta pekerja kehilangan pekerjaan. Industri sekuritas di New York juga telah kehilangan sekitar 16.000 pekerja.
Berdasarkan data pemerintahan setempat, pada Oktober tahun depan, total warga yang kehilangan pekerjaannya bisa mencapai 38.000 orang. Bahkan sekitar 10.000 pekerja lagi juga akan dipangkas dari sektor-sektor lain yang memiliki keterkaitan langsung seperti perbankan.
Beberapa kota dan perusahaan di China bergerak cepat untuk mengambil kesempatan tersebut. Mereka berupaya merekrut kembali tenaga-tenaga China yang berpendidikan tinggi untuk berkarya di kampung halamannya.
Hal ini tidaklah mengherankan. Pasalnya, berdasarkan data dari Pemerintah China, dari 1,2 juta warga China yang pergi ke luar negeri untuk belajar dalam 30 tahun terakhir, hanya seperempat dari mereka yang kembali ke negara asalnya.
Pameran kerja hari Sabtu lalu diprakarsai oleh pemerintah Shanghai dan diikuti oleh 24 bank, asuransi dan perusahaan sekuritas dari kota Shanghai, termasuk di dalamnya Shanghai Stock Exchange.
Pada awal bulan ini, Nanjing di provinsi Jiangsu, China Timur, juga pernah mengadakan even serupa di beberapa kota utama AS. Pameran kerja itu dipadati oleh ratusan orang.
Barratut Taqiyyah Reuters
Rabu, 04 Maret 2009
Bagaimana Memenangkan Permainan Canggih Bernama Uang Kertas…?
Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 25 December 2008 13:32
Saya bukan orang yang anti uang kertas; karena tentu sayapun menggunakan uang kertas dalam kehidupan sehari-hari – saya menggunakan uang kertas sesuai fungsinya sebagai alat tukar seperti yang saya tulis dalam tulisan saya tanggal 5 Desember 08 lalu.
Para ulama besar Islam sejak abad pertengahan-pun tidak menafikan keberadaan uang diluar Dinar dan Dirham. Salah satunya Ibnu Taimiyyah bahkan telah memformulasikan aturan pencetakan fulus seperti dalam tulisan saya tanggal 19 Desember 2008.
“Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.
Yang perlu kita waspadai adalah realita bahwa pemerintahan-pemerintahan dunia saat ini bukan hanya seolah kehilangan kendali terhadap jumlah uang yang dicetaknya; tetapi juga dengan sengaja melipat gandakan jumlah ‘uang’ dengan berbagai proses money creation yang begitu dasyatnya sehingga mereka sendiri takut mengetahui jumlahnya.
Dalam Ilmu moneter dikenal ada empat jenis uang yaitu M0 untuk jumlah uang fisik ; M1 untuk M0 + demand deposit ; M2 untuk M1 + All time deposit, saving deposit dan non-institutional money-market funds. Dan yang paling luas disebut M3 yaitu M2 + semua large time deposits, institutional money-market funds, short-term repurchase agreements, dan termasuk segala bentuk larger liquid assets lainnya.
Uang yang paling luas yang disebut M3 inilah yang menimbulkan masalah besar dunia saat ini. Ironinya pangkal masalah ini seperti disembunyikan oleh pemerintahan dunia, di Amerika data resmi M3 tidak lagi dipublikasikan sejak 2006. Untungnya ada lembaga independen seperti the Shadow Government Statistic yang tetap dapat melacak keberadaan datanya seperti dalam grafik tersebut diatas.
Dari grafik tersebut diatas kita tahu bahwa yang membuat kalang kabut dunia saat ini bukan karena uang US$ yang sesungguhnya (M0 atau M1), melainkan menyusutnya uang US$ yang semu (M3).
Kondisi ini membuat keuntungan yang luar biasa bagi Amerika karena mereka mencetak uang berapapun – dan mereka memang benar-benar melakukan ini seperti ditunjukkan dengan melonjaknya M1 – tanpa menimbulkan inflasi (untuk sementara !).
us$ Index
Sebaliknya bisa dilihat dari grafik disamping, bersamaan dengan menyusutnya uang M3 yang semu tersebut – nilai US$ yang tercermin dalam US$ Index melejit. Yang perlu kita sadari adalah sebagaimana melejit dengan sangat cepatnya US$ karena penyebab yang semu, maka kehancurannya yang dasyat juga akan di trigger oleh penyebab yang semu tersebut – yaitu ketika M3 kembali ke trend pembengkakannya yang semula.
Bila menyustnya M3 menimbulkan bencana krisis finansial di seluruh dunia, maka ketika ia balik ke trend normalnya dalam waktu dekat – tidak kalah besar musibahnya yang akan ditimbulkannya yaitu inflasi atau bahkan hiperinflasi.
Inilah yang dikawatirkan oleh Ibnu Taimiyyah tersebut diatas, yaitu uang masyarakat akan tiba-tiba kehilangan daya belinya. Lagi-lagi inipun dampaknya akan mendunia, jadi kita yang di Indonesia-pun harus siap menghadapinya.
Lantas bagaimana agar kita tidak jadi korban atas permainan mereka ini, bahkan sedapat mungkin keluar sebagai pemenang ?.
Berikut tips sederhana yang bisa kita lakukan :
· Tidak memegang atau menggunakan US$ kecuali terpaksa, seperti sedang bepergian ke Luar negeri dlsb.
· Karena Rupiah juga akan tidak terlepas dari dampak US$, gunakan uang kertas kita ini (Rupiah) hanya sesuai fungsinya sebagai alat tukar.
· Gunakan harta riil seperti Dinar, kebun, toko, unit usaha yang berjalan baik dlsb. sebagai store of value.
· Untuk jangka panjang ajari anak-anak berdagang, berkebun, berternak dan terlibat kegiatan di sector riil lainnya.
Selain hal-hal yang sifatnya duniawi tersebut, tentu ada langkah yang paling aman bagi harta kita karena tidak akan ada siapapun yang bisa mempermainkannya – yaitu kita sedekahkan !, maka harta kita akan meningkat 700 kali atau lebih dan akan menjadi milik kita selamanya….:)
Last Updated on Thursday, 25 December 2008 13:41
Copyright © 2008 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Thursday, 25 December 2008 13:32
Saya bukan orang yang anti uang kertas; karena tentu sayapun menggunakan uang kertas dalam kehidupan sehari-hari – saya menggunakan uang kertas sesuai fungsinya sebagai alat tukar seperti yang saya tulis dalam tulisan saya tanggal 5 Desember 08 lalu.
Para ulama besar Islam sejak abad pertengahan-pun tidak menafikan keberadaan uang diluar Dinar dan Dirham. Salah satunya Ibnu Taimiyyah bahkan telah memformulasikan aturan pencetakan fulus seperti dalam tulisan saya tanggal 19 Desember 2008.
“Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.
Yang perlu kita waspadai adalah realita bahwa pemerintahan-pemerintahan dunia saat ini bukan hanya seolah kehilangan kendali terhadap jumlah uang yang dicetaknya; tetapi juga dengan sengaja melipat gandakan jumlah ‘uang’ dengan berbagai proses money creation yang begitu dasyatnya sehingga mereka sendiri takut mengetahui jumlahnya.
Dalam Ilmu moneter dikenal ada empat jenis uang yaitu M0 untuk jumlah uang fisik ; M1 untuk M0 + demand deposit ; M2 untuk M1 + All time deposit, saving deposit dan non-institutional money-market funds. Dan yang paling luas disebut M3 yaitu M2 + semua large time deposits, institutional money-market funds, short-term repurchase agreements, dan termasuk segala bentuk larger liquid assets lainnya.
Uang yang paling luas yang disebut M3 inilah yang menimbulkan masalah besar dunia saat ini. Ironinya pangkal masalah ini seperti disembunyikan oleh pemerintahan dunia, di Amerika data resmi M3 tidak lagi dipublikasikan sejak 2006. Untungnya ada lembaga independen seperti the Shadow Government Statistic yang tetap dapat melacak keberadaan datanya seperti dalam grafik tersebut diatas.
Dari grafik tersebut diatas kita tahu bahwa yang membuat kalang kabut dunia saat ini bukan karena uang US$ yang sesungguhnya (M0 atau M1), melainkan menyusutnya uang US$ yang semu (M3).
Kondisi ini membuat keuntungan yang luar biasa bagi Amerika karena mereka mencetak uang berapapun – dan mereka memang benar-benar melakukan ini seperti ditunjukkan dengan melonjaknya M1 – tanpa menimbulkan inflasi (untuk sementara !).
us$ Index
Sebaliknya bisa dilihat dari grafik disamping, bersamaan dengan menyusutnya uang M3 yang semu tersebut – nilai US$ yang tercermin dalam US$ Index melejit. Yang perlu kita sadari adalah sebagaimana melejit dengan sangat cepatnya US$ karena penyebab yang semu, maka kehancurannya yang dasyat juga akan di trigger oleh penyebab yang semu tersebut – yaitu ketika M3 kembali ke trend pembengkakannya yang semula.
Bila menyustnya M3 menimbulkan bencana krisis finansial di seluruh dunia, maka ketika ia balik ke trend normalnya dalam waktu dekat – tidak kalah besar musibahnya yang akan ditimbulkannya yaitu inflasi atau bahkan hiperinflasi.
Inilah yang dikawatirkan oleh Ibnu Taimiyyah tersebut diatas, yaitu uang masyarakat akan tiba-tiba kehilangan daya belinya. Lagi-lagi inipun dampaknya akan mendunia, jadi kita yang di Indonesia-pun harus siap menghadapinya.
Lantas bagaimana agar kita tidak jadi korban atas permainan mereka ini, bahkan sedapat mungkin keluar sebagai pemenang ?.
Berikut tips sederhana yang bisa kita lakukan :
· Tidak memegang atau menggunakan US$ kecuali terpaksa, seperti sedang bepergian ke Luar negeri dlsb.
· Karena Rupiah juga akan tidak terlepas dari dampak US$, gunakan uang kertas kita ini (Rupiah) hanya sesuai fungsinya sebagai alat tukar.
· Gunakan harta riil seperti Dinar, kebun, toko, unit usaha yang berjalan baik dlsb. sebagai store of value.
· Untuk jangka panjang ajari anak-anak berdagang, berkebun, berternak dan terlibat kegiatan di sector riil lainnya.
Selain hal-hal yang sifatnya duniawi tersebut, tentu ada langkah yang paling aman bagi harta kita karena tidak akan ada siapapun yang bisa mempermainkannya – yaitu kita sedekahkan !, maka harta kita akan meningkat 700 kali atau lebih dan akan menjadi milik kita selamanya….:)
Last Updated on Thursday, 25 December 2008 13:41
Copyright © 2008 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Saat Konsumen Amerika Menahan Belanja, China Membuang Duitnya
/ Home / Internasional /
Jumat, 5 Desember 2008 | 17:11
Sementara orang-orang Amerika kini tengah menahan nafsu belanja, eeeh, malah orang-orang China di Beijing lah yang mengumbar gairah untuk menggelontorkan simpanannya untuk berbelanja.
Mereka berbelanja di kawasan Jinbao Jie, atau yang biasa juga disebut sebagai "Golden Treasure Street". Kawasan ini dibangun oleh pengembang Beijing yang memang mendesain dengan sangat mentereng dan sarat dengan hotel, klub dan pusat perbelanjaan. Bisa ditebak, target yang disasar adalah kalangan kelas atas dan terbilang paling sukses di China.
Ritel di area ini memang belum sepenuhnya rampung. Menurut hitungan Robert Yao, marketing manager untuk proyek ritel yang dibangun di kawasan ini, baru 75% yang sudah selesai.
Pusat kawasan ini adalah Jinbao Palace. Ini adalah mal atau pusat perbelanjaan yang akan di buka pada Februari 2009 mendatang. Di mal ini, orang-orang kaya di Beijing bisa membungkus satu unit kendaraan mewah Bugatti maupun satu unit sofa Italia yang ada di daftar must-have.
“Apa yang belum pernah ada maupun belum pernah terlihat di China, bakalan ada di mal ini,” kata Yao.
Kalau sudah begini, konsumsi yang sangat luar biasa yang tak pernah terpikirkan di kehidupan keseharian di era Mao Zedong, akan memunculkan pergerakan kultur yang berbeda. Jamak dikerahui, orang-orang China dikenal sangat pandai menyimpan uangnya, bukannya suka membelanjakan uangnya. Di tengah resesi yang tengah mengepung dunia, kehadiran pusat perbelanjaan ini diharapkan menyangga China dari rembetan krisis global.
Yao bilang, kelas atas di China siap untuk membelanjakan duitnya secara jor-joran. “Perubahan perekonomian yang terjadi belakangan memang menurunkan nilai investasi mereka, tetapi bukan konsumsi mereka,” kata Yao.
Hu Xingdou, profesor ekonomi di Beijing Institute of Technology, mengatakan bahwa konsumsi orang-orang China perlu digenjot untuk menambal ekspor yang memble. “Namun, orang yang biasa, tidak punya uang. Apalagi petani, dan gap pendapatannya terus saja membesar,” katanya.
Itu sebabnya, Hao Zhilong, pensiunan yang mereparasi sepeda di jalan yang tak jauh dari Jinbao Jie mengatakan, “Pusat perbelanjaan itu hanya untuk orang kaya dan orang-orang bule. Kami, orang biasa, hanya bisa berjalan-jalan dan melihat dari pinggir jendela. Saya tak pernah masuk ke dalam karena saya orang biasa yang tak mampu membeli barang-barang di sana.”
Hao menambahkan, kalau nanti mal ini terus berekspansi, rumah Hao sudah dijadwalkan bakalan ikut ikut tergusur untuk disulap menjadi mal mewah lainnya.
Sekadar catatan, orang-orang China telah terbiasa untuk menyimpan uangnya. Kebiasaan ini bahkan mendarah daging, sebelum akhirnya perekonomian berubah di akhir tahun 70-an. Hanya saja, generasi anyar kemungkinan akan mengubah tradisi ini.
Sinyal ini sudah terbaca dari catatan penjualan ritel yang menanjak di bulan Oktober. Menurut ekonom Merrill Lynch Ting Lu dan TJ Bond di Hong Kong, hal ini tentu saja menawarkan harapan bagi perekonomian China. Mereka memprediksi bahwa hitungan pemerintah untuk merangsang konsumsi seperti ini akan menjadi penyangga ekspor yang menciut. Lebih dari itu, juga bakal membantu pertumbuhan China tahun depan sekitar 8,6%.
Stimulus pemerintah China sebesar US$ 586 miliar telah diumumkan oleh pemerintah bulan lalu. Fokusnya lebih pada proyek-proyek infrastruktur seperti bandar udara baru dan dam.
“Sesungguhnya ironis melihat konsumen China yang konsumsinya meningkat sangat besar ditengah situasi konsumen Barat yang nasibnya belum jelas,” kata Colin Speakman, ahli China di American Institute for Foreign Study yang kerap menulis untuk koran China Daily.
Femi Adi Soempeno
Jumat, 5 Desember 2008 | 17:11
Sementara orang-orang Amerika kini tengah menahan nafsu belanja, eeeh, malah orang-orang China di Beijing lah yang mengumbar gairah untuk menggelontorkan simpanannya untuk berbelanja.
Mereka berbelanja di kawasan Jinbao Jie, atau yang biasa juga disebut sebagai "Golden Treasure Street". Kawasan ini dibangun oleh pengembang Beijing yang memang mendesain dengan sangat mentereng dan sarat dengan hotel, klub dan pusat perbelanjaan. Bisa ditebak, target yang disasar adalah kalangan kelas atas dan terbilang paling sukses di China.
Ritel di area ini memang belum sepenuhnya rampung. Menurut hitungan Robert Yao, marketing manager untuk proyek ritel yang dibangun di kawasan ini, baru 75% yang sudah selesai.
Pusat kawasan ini adalah Jinbao Palace. Ini adalah mal atau pusat perbelanjaan yang akan di buka pada Februari 2009 mendatang. Di mal ini, orang-orang kaya di Beijing bisa membungkus satu unit kendaraan mewah Bugatti maupun satu unit sofa Italia yang ada di daftar must-have.
“Apa yang belum pernah ada maupun belum pernah terlihat di China, bakalan ada di mal ini,” kata Yao.
Kalau sudah begini, konsumsi yang sangat luar biasa yang tak pernah terpikirkan di kehidupan keseharian di era Mao Zedong, akan memunculkan pergerakan kultur yang berbeda. Jamak dikerahui, orang-orang China dikenal sangat pandai menyimpan uangnya, bukannya suka membelanjakan uangnya. Di tengah resesi yang tengah mengepung dunia, kehadiran pusat perbelanjaan ini diharapkan menyangga China dari rembetan krisis global.
Yao bilang, kelas atas di China siap untuk membelanjakan duitnya secara jor-joran. “Perubahan perekonomian yang terjadi belakangan memang menurunkan nilai investasi mereka, tetapi bukan konsumsi mereka,” kata Yao.
Hu Xingdou, profesor ekonomi di Beijing Institute of Technology, mengatakan bahwa konsumsi orang-orang China perlu digenjot untuk menambal ekspor yang memble. “Namun, orang yang biasa, tidak punya uang. Apalagi petani, dan gap pendapatannya terus saja membesar,” katanya.
Itu sebabnya, Hao Zhilong, pensiunan yang mereparasi sepeda di jalan yang tak jauh dari Jinbao Jie mengatakan, “Pusat perbelanjaan itu hanya untuk orang kaya dan orang-orang bule. Kami, orang biasa, hanya bisa berjalan-jalan dan melihat dari pinggir jendela. Saya tak pernah masuk ke dalam karena saya orang biasa yang tak mampu membeli barang-barang di sana.”
Hao menambahkan, kalau nanti mal ini terus berekspansi, rumah Hao sudah dijadwalkan bakalan ikut ikut tergusur untuk disulap menjadi mal mewah lainnya.
Sekadar catatan, orang-orang China telah terbiasa untuk menyimpan uangnya. Kebiasaan ini bahkan mendarah daging, sebelum akhirnya perekonomian berubah di akhir tahun 70-an. Hanya saja, generasi anyar kemungkinan akan mengubah tradisi ini.
Sinyal ini sudah terbaca dari catatan penjualan ritel yang menanjak di bulan Oktober. Menurut ekonom Merrill Lynch Ting Lu dan TJ Bond di Hong Kong, hal ini tentu saja menawarkan harapan bagi perekonomian China. Mereka memprediksi bahwa hitungan pemerintah untuk merangsang konsumsi seperti ini akan menjadi penyangga ekspor yang menciut. Lebih dari itu, juga bakal membantu pertumbuhan China tahun depan sekitar 8,6%.
Stimulus pemerintah China sebesar US$ 586 miliar telah diumumkan oleh pemerintah bulan lalu. Fokusnya lebih pada proyek-proyek infrastruktur seperti bandar udara baru dan dam.
“Sesungguhnya ironis melihat konsumen China yang konsumsinya meningkat sangat besar ditengah situasi konsumen Barat yang nasibnya belum jelas,” kata Colin Speakman, ahli China di American Institute for Foreign Study yang kerap menulis untuk koran China Daily.
Femi Adi Soempeno
Senin, 02 Maret 2009
Suku Bunga Terpangkas, Dolar Kian Lunglai
Rabu, 17 Desember 2008 | 13:18
NEW YORK/TOKYO. Pemangkasan suku bunga oleh the Federal Reserve menjadi 0,25% membuat nilai dolar semakin lunglai saja terhadap nilai yen. Bahkan pelemahannya merupakan yang terendah sejak 13 tahun terakhir.
Nilai si hijau juga keok terhadap euro ke level terendah dalam 11 minggu belakangan. Pelemahan terjadi setelah bank sentral akan meningkatkan tingkat penggelontoran pinjaman untuk memerangi resesi.
Pada pukul 13.52 waktu Tokyo, dolar anjlok ke posisi 88,32 dari harga kemarin sebesar 89,05 yen. Ini merupakan level terendah sejak Agustus 1995. Jika dihadapkan pada euro, dolar melemah menjadi US$ 1,4165 dari sebelumnya US$ 1,4002.
“Minggu lalu, kami menjual dolar terhadap euro dan dolar Australia. Ada kemungkinan kami akan menambah posisi ini. Diantara investor, tingkat kepercayaan kepada dolar semakin memudar,” papar Akira Takei, general manager Mizuho Asset Management di Tokyo.
NEW YORK/TOKYO. Pemangkasan suku bunga oleh the Federal Reserve menjadi 0,25% membuat nilai dolar semakin lunglai saja terhadap nilai yen. Bahkan pelemahannya merupakan yang terendah sejak 13 tahun terakhir.
Nilai si hijau juga keok terhadap euro ke level terendah dalam 11 minggu belakangan. Pelemahan terjadi setelah bank sentral akan meningkatkan tingkat penggelontoran pinjaman untuk memerangi resesi.
Pada pukul 13.52 waktu Tokyo, dolar anjlok ke posisi 88,32 dari harga kemarin sebesar 89,05 yen. Ini merupakan level terendah sejak Agustus 1995. Jika dihadapkan pada euro, dolar melemah menjadi US$ 1,4165 dari sebelumnya US$ 1,4002.
“Minggu lalu, kami menjual dolar terhadap euro dan dolar Australia. Ada kemungkinan kami akan menambah posisi ini. Diantara investor, tingkat kepercayaan kepada dolar semakin memudar,” papar Akira Takei, general manager Mizuho Asset Management di Tokyo.
The Fed Nyaris Nol, Dollar AS Makin Ambrol
Kamis, 18 Desember 2008 | 08:17 WIB
NEW YORK, RABU — Dollar AS mencatat rekor penyusutan terhadap euro dan turun terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu (18/12) waktu setempat, sehari setelah Federal Reserve memangkas suku bunganya menjadi hampir nol, kata para dealer. Euro juga terangkat mendekati keseimbangan dengan pound dan naik terhadap yen.
Pada 2200 GMT, euro diperdagangkan pada 1,4404 dollar, naik tajam dari 1,4018 dollar akhir Selasa. Semula, mata uang tunggal Eropa telah melonjak menjadi 1,4437 dollar, level tertinggi sejak 29 September. Itu kenaikan euro paling kuat terhadap greenback sejak mata uang itu diluncurkan pada Januari 1999. Euro juga meningkat menjadi 126,02 yen dari 124,74 yen pada akhir Selasa.
Dollar juga melemah terhadap mata uang Jepang, diperdagangkan pada 87,95 yen dibandingkan dengan 88,98 yen pada Selasa. Yen semula mencapai posisi tertinggi 13-tahun terhadap dollar pada 87,11 yen.
Mata uang AS di bawah tekanan setelah Federal Reserve pada Selasa memangkas suku bunganya ke level historis terendah dari 1,0 persen menjadi ke kisaran 0 hingga 0,25 persen dan akan mempertahankan suku bunga rendahnya untuk beberapa waktu.
The Fed juga mendorong penggunaaan sebuah peralatannya untuk mencaikan kebekuan kredit serta menstimulus pertumbuhan ekonomi secara all-out memerangi resesi yang telah berjalan setahun. "Langkah kemarin di pasar uang menyerbu menutup risiko dari potensi infusi masif uang ke dalam sistem keuangan AS," kata Andrew Busch, analis dari BMO Capital Markets.
"Namun, di sana juga kemungkinan terjadi penyerbuan keluar dari dollar AS akibat ketidakpercayaan bahwa bank sentral AS dapat mengelola risiko-risiko dari program pengurangan kuantatif mereka, sebuah strategi efektif dengan mencetak uang," kata dia.
Euro mendapat dukungan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengindikasikan bahwa suku bunga utama akan dipertahankan tidak berubah pada 2,50 persen pada pertemuan Januari, setelah dalam beberapa bulan terakhir melakukan serangkaian penurunan suku bunga.
Sementara itu, pound terus turun terhadap euro dan mencapai rekor terendah baru pada 1,0715 euro.
Data bulanan Inggris menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengklaim manfaat (asuransi) pengangguran di Inggris naik pada November dengan jumlah terbesar dalam 17 tahun, sinyal terbaru dari pelambatan tajam ekonomi.
Risalah dari pertemuan terakhir Bank Sentral Inggris (BoE) menunjukkan para pembuat kebijakan telah mendiskusikan penurunan suku bunga terbesar lebih dari 1,0 persentase poin diputuskan dengan suara bulat awal bulan ini.
Dalam perdagangan terakhir di New York, dollar berada pada 1,0720 franc Swiss, turun dari 1,1236 akhir Selasa. Pound melemah menjadi 1,5516 dollar dari 1,5581 dollar.
XVD
Sumber : Ant
NEW YORK, RABU — Dollar AS mencatat rekor penyusutan terhadap euro dan turun terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu (18/12) waktu setempat, sehari setelah Federal Reserve memangkas suku bunganya menjadi hampir nol, kata para dealer. Euro juga terangkat mendekati keseimbangan dengan pound dan naik terhadap yen.
Pada 2200 GMT, euro diperdagangkan pada 1,4404 dollar, naik tajam dari 1,4018 dollar akhir Selasa. Semula, mata uang tunggal Eropa telah melonjak menjadi 1,4437 dollar, level tertinggi sejak 29 September. Itu kenaikan euro paling kuat terhadap greenback sejak mata uang itu diluncurkan pada Januari 1999. Euro juga meningkat menjadi 126,02 yen dari 124,74 yen pada akhir Selasa.
Dollar juga melemah terhadap mata uang Jepang, diperdagangkan pada 87,95 yen dibandingkan dengan 88,98 yen pada Selasa. Yen semula mencapai posisi tertinggi 13-tahun terhadap dollar pada 87,11 yen.
Mata uang AS di bawah tekanan setelah Federal Reserve pada Selasa memangkas suku bunganya ke level historis terendah dari 1,0 persen menjadi ke kisaran 0 hingga 0,25 persen dan akan mempertahankan suku bunga rendahnya untuk beberapa waktu.
The Fed juga mendorong penggunaaan sebuah peralatannya untuk mencaikan kebekuan kredit serta menstimulus pertumbuhan ekonomi secara all-out memerangi resesi yang telah berjalan setahun. "Langkah kemarin di pasar uang menyerbu menutup risiko dari potensi infusi masif uang ke dalam sistem keuangan AS," kata Andrew Busch, analis dari BMO Capital Markets.
"Namun, di sana juga kemungkinan terjadi penyerbuan keluar dari dollar AS akibat ketidakpercayaan bahwa bank sentral AS dapat mengelola risiko-risiko dari program pengurangan kuantatif mereka, sebuah strategi efektif dengan mencetak uang," kata dia.
Euro mendapat dukungan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengindikasikan bahwa suku bunga utama akan dipertahankan tidak berubah pada 2,50 persen pada pertemuan Januari, setelah dalam beberapa bulan terakhir melakukan serangkaian penurunan suku bunga.
Sementara itu, pound terus turun terhadap euro dan mencapai rekor terendah baru pada 1,0715 euro.
Data bulanan Inggris menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengklaim manfaat (asuransi) pengangguran di Inggris naik pada November dengan jumlah terbesar dalam 17 tahun, sinyal terbaru dari pelambatan tajam ekonomi.
Risalah dari pertemuan terakhir Bank Sentral Inggris (BoE) menunjukkan para pembuat kebijakan telah mendiskusikan penurunan suku bunga terbesar lebih dari 1,0 persentase poin diputuskan dengan suara bulat awal bulan ini.
Dalam perdagangan terakhir di New York, dollar berada pada 1,0720 franc Swiss, turun dari 1,1236 akhir Selasa. Pound melemah menjadi 1,5516 dollar dari 1,5581 dollar.
XVD
Sumber : Ant
It's Time for Collecting Dinar.......
Selasa, 2 Desember 2008 | 15:19
Di Asia, Emas Diperdagangkan di Bawah US$ 800
SINGAPURA. Harga emas tak mengalami banyak perubahan. Di Asia, kini, emas diperdagangkan di bawah US$ 800 per troy ounce.
Pada pukul 14.34 waktu Singapura, kontrak emas untuk pengantaran cepat hampir tidak mengalami perubahan dan berada pada posisi US$ 768,23 per troy ounce. Kemarin, harga si kuning mentereng sempat terjun bebas 6% dan anjlok di bawah US$ 800 untuk pertama kalinya dalam seminggu terakhir.�
Sementara itu, emas untuk pengantaran bulan Februari merosot 1,1% menjadi US$ 768,50 per troy ounce di New York Mercantile Exchange divisi Comex.�
Sedangkan di Tokyo, emas untuk pengantaran Oktober di Tokyo Commodity Exchange terperosok 5,7% menjadi 2.292 yen per gram atau US$ 764 per troy ounce. Di Shanghai, harga emas untuk pengantaran Juni, juga terpeleset 5% menjadi 168,07 yuan per gram atau US$ 759 per troy ounce.
Menguatnya dolar dan menurunnya harga minyak mentah menjadi faktor utama penurunan harga emas. Asal tahu saja, U.S Dollar Index sudah tiga hari belakangan ini mengalami kenaikan. Sementara, harga minyak anjlok ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah tergelincir 7,7% seiring dengan murahnya harga minyak dan indeks dolar menanjak 14%.�
“Pergerakan harga emas yang berlawanan dengan dolar akan terus berlangsung untuk beberapa saat. Apalagi saat ini investor tengah mencari tempat terbaik untuk menempatkan dana mereka,” jelas Zhu Lv, research manager Shanghai Tonglian Futures Co.
Barratut Taqiyyah Bloomberg
Di Asia, Emas Diperdagangkan di Bawah US$ 800
SINGAPURA. Harga emas tak mengalami banyak perubahan. Di Asia, kini, emas diperdagangkan di bawah US$ 800 per troy ounce.
Pada pukul 14.34 waktu Singapura, kontrak emas untuk pengantaran cepat hampir tidak mengalami perubahan dan berada pada posisi US$ 768,23 per troy ounce. Kemarin, harga si kuning mentereng sempat terjun bebas 6% dan anjlok di bawah US$ 800 untuk pertama kalinya dalam seminggu terakhir.�
Sementara itu, emas untuk pengantaran bulan Februari merosot 1,1% menjadi US$ 768,50 per troy ounce di New York Mercantile Exchange divisi Comex.�
Sedangkan di Tokyo, emas untuk pengantaran Oktober di Tokyo Commodity Exchange terperosok 5,7% menjadi 2.292 yen per gram atau US$ 764 per troy ounce. Di Shanghai, harga emas untuk pengantaran Juni, juga terpeleset 5% menjadi 168,07 yuan per gram atau US$ 759 per troy ounce.
Menguatnya dolar dan menurunnya harga minyak mentah menjadi faktor utama penurunan harga emas. Asal tahu saja, U.S Dollar Index sudah tiga hari belakangan ini mengalami kenaikan. Sementara, harga minyak anjlok ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah tergelincir 7,7% seiring dengan murahnya harga minyak dan indeks dolar menanjak 14%.�
“Pergerakan harga emas yang berlawanan dengan dolar akan terus berlangsung untuk beberapa saat. Apalagi saat ini investor tengah mencari tempat terbaik untuk menempatkan dana mereka,” jelas Zhu Lv, research manager Shanghai Tonglian Futures Co.
Barratut Taqiyyah Bloomberg
Menunggu Aksi The Fed Mendekati Suku Bunga 0%
/ Home / Internasional /
Senin, 15 Desember 2008 | 16:34
WASHINGTON. The Federal Reserve diharapkan melakukan pemangkasan suku bunga patokan kembali lebih dekat ke level zero; sekaligus memberi sinyal untuk seminimal mungkin menggunakan metode konvensional untuk menyurung perekonomian. Hal ini terungkap dalam pertemuan dua hari yang sudah dimulai sejak Minggu (14/12) kemarin.
Ekonom mengharapkan kebijakan The Fed akan menggunting suku bunga acuannya dari 1% ke level yang lebih kontet, menjadi 0,5% atau lebih kecil dari itu. Jika memang The Fed belum bisa memampras suku bunga patokannya ke mendekati zero pada hari Selasa besok, para ekonom mengharapkan pemangkasan akan akan tetap dilakukan pada pertemuan bulan Januari. Nantinya, The Fed bakal menjajal strateginya untuk memompa si dolar untuk mendorong aktivitas bisnis.
Fed Chairman Ben Bernanke juga telah membeberkan opsi lain, termasuk membeli surat utang negara untuk mendorong suku bunga jangka panjang, atau memperbesar sokongan finansial untuk konsumsi perseorangan maupun utangan bisnis. Misalnya, harga hunian jatuh awal bulan ini setelah The Fed mengatakan bakal membeli US$ 500 miliar surat utang Fannie Mae and Freddie Mac.
Richard DeKaser, chief economist National City, memprediksikan The Fed akan menggunting suku bunganya sebesar 0,75 poin menjadi 0,25%, dan kemungkinan mengumumkan bahwa bank sentral ini akan tetap dengan suku bunga ini selama mungkin, sepanjang masih dibutuhkan untuk mempengaruhi pasar.
Ekonom lain memprediksikan pemangkasan yang besar, namun akan memberi dampak yang kecil.
Sementara, di pasar kredit, federal funds rate telah jatuh ke level yang cukup rendah dibawah 1% yang ditargetkan oleh the Fed. Misalnya, rata-rata rate ini 0,14% pada hari Kamis. Suku bunga surat utan negara juga telah terpeleset ke level yang cukup rendah sepanjang sejarah karena para pemilik modal telah putus asa mencari keranjang investasi yang aman.
Nigel Gault dari IHS Global Insight mengatakan bahwa kebijakan pajak dan anggaran belanja akan menjadi elemen yang sangat penting dalam perekonomian. Presiden terpilih Barack Obama menginginkan Kongres meloloskan paket stimulus perekonomian di bulan Januari. Paket itu memuat ratusan miliar dolar AS yang bakal digelontorkan oleh pemerintah.
Femi Adi Soempeno usatoday.com
Senin, 15 Desember 2008 | 16:34
WASHINGTON. The Federal Reserve diharapkan melakukan pemangkasan suku bunga patokan kembali lebih dekat ke level zero; sekaligus memberi sinyal untuk seminimal mungkin menggunakan metode konvensional untuk menyurung perekonomian. Hal ini terungkap dalam pertemuan dua hari yang sudah dimulai sejak Minggu (14/12) kemarin.
Ekonom mengharapkan kebijakan The Fed akan menggunting suku bunga acuannya dari 1% ke level yang lebih kontet, menjadi 0,5% atau lebih kecil dari itu. Jika memang The Fed belum bisa memampras suku bunga patokannya ke mendekati zero pada hari Selasa besok, para ekonom mengharapkan pemangkasan akan akan tetap dilakukan pada pertemuan bulan Januari. Nantinya, The Fed bakal menjajal strateginya untuk memompa si dolar untuk mendorong aktivitas bisnis.
Fed Chairman Ben Bernanke juga telah membeberkan opsi lain, termasuk membeli surat utang negara untuk mendorong suku bunga jangka panjang, atau memperbesar sokongan finansial untuk konsumsi perseorangan maupun utangan bisnis. Misalnya, harga hunian jatuh awal bulan ini setelah The Fed mengatakan bakal membeli US$ 500 miliar surat utang Fannie Mae and Freddie Mac.
Richard DeKaser, chief economist National City, memprediksikan The Fed akan menggunting suku bunganya sebesar 0,75 poin menjadi 0,25%, dan kemungkinan mengumumkan bahwa bank sentral ini akan tetap dengan suku bunga ini selama mungkin, sepanjang masih dibutuhkan untuk mempengaruhi pasar.
Ekonom lain memprediksikan pemangkasan yang besar, namun akan memberi dampak yang kecil.
Sementara, di pasar kredit, federal funds rate telah jatuh ke level yang cukup rendah dibawah 1% yang ditargetkan oleh the Fed. Misalnya, rata-rata rate ini 0,14% pada hari Kamis. Suku bunga surat utan negara juga telah terpeleset ke level yang cukup rendah sepanjang sejarah karena para pemilik modal telah putus asa mencari keranjang investasi yang aman.
Nigel Gault dari IHS Global Insight mengatakan bahwa kebijakan pajak dan anggaran belanja akan menjadi elemen yang sangat penting dalam perekonomian. Presiden terpilih Barack Obama menginginkan Kongres meloloskan paket stimulus perekonomian di bulan Januari. Paket itu memuat ratusan miliar dolar AS yang bakal digelontorkan oleh pemerintah.
Femi Adi Soempeno usatoday.com
Selasa, 24 Februari 2009
GeraiDinarBogor - Agen "Gerai Dinar"
Sebelum order, mohon info kami via sms
Waktu Transaksi Pembelian :
Setiap Hari Kerja, pk. 08.00 - 16.00 WIB
Harga Jual mengikuti "Gerai Dinar"
1. Harga pagi (06.30) berlaku jam 08.00 - 12.00
2. Harga siang (12.30) berlaku jam 13.00-16.00
Pembayaran dapat dilakukan dg sistem:
1. Cash : max. 5 dinar
2. Transfer:
a. Via Bank BCA (jumlah flexible)
b. Via Bank Mandiri (jumlah flexible)
c. Via Bank Syariah Mandiri (max. 10 dinar)
Coin dapat diambil pada dan di luar hari dan jam kerja dengan perjanjian.
Layanan Pembelian Dinar di GDB
Bagi yang menginginkan pembayaran via Bank Syariah, dapat transfer ke rekening
BANK SYARIAH MANDIRI- max 10 dinar
Waktu Transaksi Pembelian :
Setiap Hari Kerja, pk. 08.00 - 16.00 WIB
Harga Jual mengikuti "Gerai Dinar"
1. Harga pagi (06.30) berlaku jam 08.00 - 12.00
2. Harga siang (12.30) berlaku jam 13.00-16.00
Coin dapat diambil pada dan di luar hari dan jam kerja dengan perjanjian
Senin, 02 Februari 2009
History of the Dinar
In the beginning the Muslims used gold and silver by weight and the dinar and dirhams that they used were made by the Persians. The first dated coins that can be assigned to the Muslims are copies of silver dirhams of the Sassanian Yezdigird III, struck during the Khalifate of Uthman, radiy'allahu anhu. These coins differ from the original ones in that an Arabic inscription is found in the obverse margins, normally reading "in the Name of Allah". Since then the writing in Arabic of the Name of Allah and parts of Qur'an on the coins became a custom in all mintings made by Muslims.
Under what was known as the coin standard of the Khalif Umar Ibn al-Khattab, the weight of 10 dirhams was equivalent to 7 dinars (mithqals).
In the year 75 (695 CE) the Khalifah Abdalmalik ordered Al-Hajjaj to mint the first dirhams, thus he established officially the standard of Umar Ibn al-Khattab. In the next year he ordered the dirhams to be minted in all the regions of the Dar al-Islam. He ordered that the coins be stamped with the sentence: "Allah is Unique, Allah is Eternal". He ordered the removal of human figures and animals from the coins and that they be replaced with letters.
This command was then carried on throughout all the history of Islam. The dinar and the dirham were both round, and the writing was stamped in concentric circles. Typically on one side it was written the "tahlil" and the "tahmid", that is, "la ilaha ill'Allah" and "alhamdulillah"; and on the other side was written the name of the Amir and the date. Later on it became common to introduce the blessings on the Prophet, salla'llahu alayhi wa sallam, and sometimes, ayats of the Qur'an.
Gold and silver coins remained official currency until the fall of the Khalifate. Since then, dozens of different national currencies were made in each of the new postcolonial national states created from the dismemberment of Dar al-Islam.
History has demonstrated repeatedly that paper money has been a permanent instrument of default and reducing the wealth of the Muslims. In addition, Islamic Law does not permit the use of a promise of payment as a medium of exchange.
How is the Islamic dinar used?
1. The Islamic Dinar can be used as saving.
2. It can be used to pay zakat and dowry as required by Islamic Law.
3. It can be used to buy and sell as it is a legitimate medium of exchange.
Using Dinar & Dirham
Gold and silver are the most stable currency the world has ever seen.
From the beginning of Islam until today, the value of the Islamic bimetallic currency has remained surprisingly stable in relation to basic consumable goods:
A chicken at the time of the Prophet, salla'llahu alaihi wa sallam, cost one dirham; today, 1,400 years later, a chicken costs approximately one dirham.
In 1,400 years inflation is zero.
Could we say the same about the dollar or any other national currency in the last 25 years?
In the long term the bimetallic currency has proved to be the most stable currency. It has survived, despite all the attempts by governments to transform it into a symbolic currency by imposing a nominal value different from its weight.
Reliability
Gold cannot be inflated by printing more of it; it cannot be devalued by government decree, and unlike national currencies it is an asset which does not depend upon anybody's promise to pay.
Portability and anonymity of gold are both important, but the most significant fact is that gold is an asset that is no-one else's liability.
All forms of paper assets: bonds, shares, and even bank deposits, are promises to repay money borrowed. Their value is dependent upon the investor's belief that the promise will be fulfilled. As junk bonds and the Mexican peso have illustrated, a questionable promise soon loses value.
Gold is not like this. A piece of gold is independent of the financial system, and its worth is underwritten by 5,000 years of human experience.
Under what was known as the coin standard of the Khalif Umar Ibn al-Khattab, the weight of 10 dirhams was equivalent to 7 dinars (mithqals).
In the year 75 (695 CE) the Khalifah Abdalmalik ordered Al-Hajjaj to mint the first dirhams, thus he established officially the standard of Umar Ibn al-Khattab. In the next year he ordered the dirhams to be minted in all the regions of the Dar al-Islam. He ordered that the coins be stamped with the sentence: "Allah is Unique, Allah is Eternal". He ordered the removal of human figures and animals from the coins and that they be replaced with letters.
This command was then carried on throughout all the history of Islam. The dinar and the dirham were both round, and the writing was stamped in concentric circles. Typically on one side it was written the "tahlil" and the "tahmid", that is, "la ilaha ill'Allah" and "alhamdulillah"; and on the other side was written the name of the Amir and the date. Later on it became common to introduce the blessings on the Prophet, salla'llahu alayhi wa sallam, and sometimes, ayats of the Qur'an.
Gold and silver coins remained official currency until the fall of the Khalifate. Since then, dozens of different national currencies were made in each of the new postcolonial national states created from the dismemberment of Dar al-Islam.
History has demonstrated repeatedly that paper money has been a permanent instrument of default and reducing the wealth of the Muslims. In addition, Islamic Law does not permit the use of a promise of payment as a medium of exchange.
How is the Islamic dinar used?
1. The Islamic Dinar can be used as saving.
2. It can be used to pay zakat and dowry as required by Islamic Law.
3. It can be used to buy and sell as it is a legitimate medium of exchange.
Using Dinar & Dirham
Gold and silver are the most stable currency the world has ever seen.
From the beginning of Islam until today, the value of the Islamic bimetallic currency has remained surprisingly stable in relation to basic consumable goods:
A chicken at the time of the Prophet, salla'llahu alaihi wa sallam, cost one dirham; today, 1,400 years later, a chicken costs approximately one dirham.
In 1,400 years inflation is zero.
Could we say the same about the dollar or any other national currency in the last 25 years?
In the long term the bimetallic currency has proved to be the most stable currency. It has survived, despite all the attempts by governments to transform it into a symbolic currency by imposing a nominal value different from its weight.
Reliability
Gold cannot be inflated by printing more of it; it cannot be devalued by government decree, and unlike national currencies it is an asset which does not depend upon anybody's promise to pay.
Portability and anonymity of gold are both important, but the most significant fact is that gold is an asset that is no-one else's liability.
All forms of paper assets: bonds, shares, and even bank deposits, are promises to repay money borrowed. Their value is dependent upon the investor's belief that the promise will be fulfilled. As junk bonds and the Mexican peso have illustrated, a questionable promise soon loses value.
Gold is not like this. A piece of gold is independent of the financial system, and its worth is underwritten by 5,000 years of human experience.
Investasi di Emas dan Saham Masih Menarik
Kamis, 4 Desember 2008 | 8:25
JAKARTA. Para pengamat memprediksi, krisis ekonomi masih akan berlangsung sepanjang tahun depan. Mereka berharap tanda-tanda berakhirnya krisis yang telah menjurus ke resesi global ini baru akan terlihat pada paruh kedua 2009.
Pemulihan dari kondisi krisis ini bergantung pada ekonomi Amerika Serikat (AS). "Sementara itu, konsensus ekonom dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi AS tahun depan masih nol," ujar Direktur Schroder Investment Management Indonesia, Michael Tjoajadi disela acara seminar nasional bertema Mengatasi Dampak Krisis Keuangan Dengan Wealth Management kemarin.
Michael mengatakan, sejak kuartal keempat 2008 hingga kuartal kedua 2009, pertumbuhan ekonomi Amrik akan mengalami defisit. Di sono baru pada kuartal III 2009 mulai mengalami pertumbuhan dan kembali positif. Nah, dengan kembali positifnya ekonomi AS, ada harapan ekonomi seluruh dunia akan kembali tumbuh, dan pasar modal akan kembali stabil.
Nah, sementara kondisi pasar modal masih gonjang-ganjing, adakah sesuatu yang bisa dilakukan oleh para investor?
Menurut Alfred Pakasi, Direktur Vibiz Consulting, salah satu cara merespons krisis adalah dengan melakukan perencanaan kembali pengelolaan investasi yang baik.
Caranya dengan menelaah kembali penempatan portofolio investasi. Alfred bilang saat ini sebenarnya masih cukup banyak peluang berinvestasi di luar pasar modal.
Salah satu wahana investasi yang masih menarik di luar pasar modal adalah emas. "Emas merupakan salah satu portofolio yang memiliki nilai hedging," ujar Alfred. Lihat saja, harga si kuning mengkilat relatif stabil di tengah penurunan harga komoditas lainnya.
Selain itu Alfred juga menilai saat ini masih ada peluang dalam investasi di pasar saham. Tentu saja, investor harus menerapkan strategi yang tepat. "Pilihlah saham dengan PER yang rendah, namun memiliki likuiditas yang tinggi, seperti saham-saham blue chips," terang Alfred.
Alfred memprediksi hingga pertengahan tahun 2009 mendatang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di posisi 1.500. Sementara, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5%.
Yuwono Triatmodjo KONTAN
JAKARTA. Para pengamat memprediksi, krisis ekonomi masih akan berlangsung sepanjang tahun depan. Mereka berharap tanda-tanda berakhirnya krisis yang telah menjurus ke resesi global ini baru akan terlihat pada paruh kedua 2009.
Pemulihan dari kondisi krisis ini bergantung pada ekonomi Amerika Serikat (AS). "Sementara itu, konsensus ekonom dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi AS tahun depan masih nol," ujar Direktur Schroder Investment Management Indonesia, Michael Tjoajadi disela acara seminar nasional bertema Mengatasi Dampak Krisis Keuangan Dengan Wealth Management kemarin.
Michael mengatakan, sejak kuartal keempat 2008 hingga kuartal kedua 2009, pertumbuhan ekonomi Amrik akan mengalami defisit. Di sono baru pada kuartal III 2009 mulai mengalami pertumbuhan dan kembali positif. Nah, dengan kembali positifnya ekonomi AS, ada harapan ekonomi seluruh dunia akan kembali tumbuh, dan pasar modal akan kembali stabil.
Nah, sementara kondisi pasar modal masih gonjang-ganjing, adakah sesuatu yang bisa dilakukan oleh para investor?
Menurut Alfred Pakasi, Direktur Vibiz Consulting, salah satu cara merespons krisis adalah dengan melakukan perencanaan kembali pengelolaan investasi yang baik.
Caranya dengan menelaah kembali penempatan portofolio investasi. Alfred bilang saat ini sebenarnya masih cukup banyak peluang berinvestasi di luar pasar modal.
Salah satu wahana investasi yang masih menarik di luar pasar modal adalah emas. "Emas merupakan salah satu portofolio yang memiliki nilai hedging," ujar Alfred. Lihat saja, harga si kuning mengkilat relatif stabil di tengah penurunan harga komoditas lainnya.
Selain itu Alfred juga menilai saat ini masih ada peluang dalam investasi di pasar saham. Tentu saja, investor harus menerapkan strategi yang tepat. "Pilihlah saham dengan PER yang rendah, namun memiliki likuiditas yang tinggi, seperti saham-saham blue chips," terang Alfred.
Alfred memprediksi hingga pertengahan tahun 2009 mendatang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di posisi 1.500. Sementara, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 5%.
Yuwono Triatmodjo KONTAN
Investasi Emas ….
Mengapa harus Emas?
Emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia. Emas juga mempuyai manfaat emosial untuk dinikmati keindahannya. Sudah Ada kesepakatan budaya secara global bahwa emas adalah logam mulia dengan nilai estetis yang tinggi. Nilai keindahannya berpadu dengan harganya yang menarik sehingga jadilah emas sebagai sarana untuk mengekspresi diri, emas telah menjadi simbol status di berbagai sub-kultur di Indonesia.
Lebih dari itu, Emas juga ternyata mempunyai manfaat fungsional sebagai alat investasi. Emas adalah jenis investasi yang nilainya saat stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola sendiri. Dengan demikian emas sangat layak menjadi salah satu bagian dari portofolio investasi.
Emas dalam sejarah perkembagan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas acapkali diidentikan dengan sesuatu yang nomor satu, prestisius, dan elegan. Hal ini dikarenakan emas adalah Logam Mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni-dalam udara biasa-emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat.Emas banyak digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai perhiasan , cadangan devisa. Dan sampai saat ini emas merupakan alat pembayran yang paling utama di dunia.
Mengapa harus berInvestasi Emas?
Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Emas dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Emas mempunyai suplai terbatas dan permintaan yang tidak terbatas, sehingga harga emas semakin hari semakin naik. Semakin terbuka informasi secara global, maka secara global, individu dan lembaga akan mencari nilai dan nilai itu ada pada Emas. Inilah adalah alasan utama investasi Emas.
Alasan kedua adalah adanya ketidakdisiplinan mata uang dalam menjaga nilai khususnya mata uang yang tidak dibackup oleh emas. Ketidakdisiplinan ini menjadikan nilai mata uang selalu menurun. Hal ini menjadikan kondisi alami dalam masyarakat untuk berinisiatif melindungi assetnya dari penurunan mata uang dengan cara berinvestasi emas.
Alasan ketiga adalah Investasi Emas merupakan investasi yang bisa dikelola sendiri dan tidak bergantung kepada kinerja pihak ketiga.
Kapan memulai berinvestasi Emas?
Setiap saat bisa berinvestasi emas. Mulailah berinvestasi emas dengan membeli koin-koin emas 1 gram, 2 gram dan seterusnya. Dan saat mendapat untung besar, saat mendapat untung kecil, saat profit taking di bursa , pastikan keuntungan- keuntungan tersebut dikonversi dalam bentuk emas walaupun hanya sedikit.
Jadi mulailah dari yang terkecil dan mulai saat ini berinvestasi Emas. Dan pastikan disaat membeli Emas, niatkan untuk membeli Faktor Produksi atau niatkan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya strategis seperti untuk menunaikan ibadah haji atau ibadah lainnya
Siapa Investor Emas itu?
Setiap saat bisa berinvestasi emas. Mulailah berinvestasi emas dengan membeli koin-koin emas 1 gram, 2 gram dan seterusnya. Dan saat mendapat untung besar, saat mendapat untung kecil, saat profit taking di bursa , pastikan keuntungan- keuntungan tersebut dikonversi dalam bentuk emas walaupun hanya sedikit.
Jadi mulailah dari yang terkecil dan mulai saat ini berinvestasi Emas. Dan pastikan disaat membeli Emas, niatkan untuk membeli Faktor Produksi atau niatkan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya strategis seperti untuk menunaikan ibadah haji atau ibadah lainnya
Apakah Investasi Emas adalah investasi yang pasif?
Investasi emas bukanlah investasi yang pasif, justru investasi emas adalah investasi yang bisa diaktifkan. Investasi Emas bisa digunakan sebagai Collateral/Jaminan di Pegadaian. Di Pegadaian , terdapat Produk KCA ( Kredit Cepat Aman/Konvensional ) dan Produk Gadai Syariah dengan akad Rahn & akad Ijarah yang dapat mengoptimalkan Investasi Emas menjadi Modal Kerja, baik untuk kebutuhan jangka pendek (KCA) maupun untuk kebutuhan jangka Panjang (Krasida).
Kapan Investasi Emas dijual?
Emas adalah Faktor Produksi. Jika Investasi Emas dijual , pastikan hasil penjualan investasi Emas digunakan untuk membeli Faktor Produksi , dan return/hasil dari Faktor Produksi tersebut pastikan disisihkan untuk membeli Emas kembali. Selain itu, Emas bisa dijual untuk melakukan hal-hal yang sifatnya strategis, seperti untuk menunaikan ibadah Haji ataupun untuk beribadah lainnya.
Apakah Investasi emas cocok untuk tabungan Anak?
Investasi emas adalah investasi yang strategis untuk menggapai cita-cita yang strategis. Mulailah investasi emas untuk kebutuhan anak-anak dimasa mendatang.
Ada juga beberapa Artis yang sudah berinvestasi emas. Hal ini saya rekomendasikan karena mereka yang belum terbiasa dan belum siap melakukan usaha/bisnis. Sambil belajar mengamati bisnis yang cocok sesuai dengan talentanya, saya sarankan untuk menabung emas. Jika sudah merasa siap untuk berbisnis maka investasi emasnya dapat dijual untuk modal usaha/membeli tempat usaha.
Sumber : http://www.investasi-emas.info (MOHAMAD IHSAN PALALOI, RUDI KURNIAWAN, TITA AGUSTINI,)
Emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia. Emas juga mempuyai manfaat emosial untuk dinikmati keindahannya. Sudah Ada kesepakatan budaya secara global bahwa emas adalah logam mulia dengan nilai estetis yang tinggi. Nilai keindahannya berpadu dengan harganya yang menarik sehingga jadilah emas sebagai sarana untuk mengekspresi diri, emas telah menjadi simbol status di berbagai sub-kultur di Indonesia.
Lebih dari itu, Emas juga ternyata mempunyai manfaat fungsional sebagai alat investasi. Emas adalah jenis investasi yang nilainya saat stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola sendiri. Dengan demikian emas sangat layak menjadi salah satu bagian dari portofolio investasi.
Emas dalam sejarah perkembagan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas acapkali diidentikan dengan sesuatu yang nomor satu, prestisius, dan elegan. Hal ini dikarenakan emas adalah Logam Mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni-dalam udara biasa-emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat.Emas banyak digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai perhiasan , cadangan devisa. Dan sampai saat ini emas merupakan alat pembayran yang paling utama di dunia.
Mengapa harus berInvestasi Emas?
Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Emas dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Emas mempunyai suplai terbatas dan permintaan yang tidak terbatas, sehingga harga emas semakin hari semakin naik. Semakin terbuka informasi secara global, maka secara global, individu dan lembaga akan mencari nilai dan nilai itu ada pada Emas. Inilah adalah alasan utama investasi Emas.
Alasan kedua adalah adanya ketidakdisiplinan mata uang dalam menjaga nilai khususnya mata uang yang tidak dibackup oleh emas. Ketidakdisiplinan ini menjadikan nilai mata uang selalu menurun. Hal ini menjadikan kondisi alami dalam masyarakat untuk berinisiatif melindungi assetnya dari penurunan mata uang dengan cara berinvestasi emas.
Alasan ketiga adalah Investasi Emas merupakan investasi yang bisa dikelola sendiri dan tidak bergantung kepada kinerja pihak ketiga.
Kapan memulai berinvestasi Emas?
Setiap saat bisa berinvestasi emas. Mulailah berinvestasi emas dengan membeli koin-koin emas 1 gram, 2 gram dan seterusnya. Dan saat mendapat untung besar, saat mendapat untung kecil, saat profit taking di bursa , pastikan keuntungan- keuntungan tersebut dikonversi dalam bentuk emas walaupun hanya sedikit.
Jadi mulailah dari yang terkecil dan mulai saat ini berinvestasi Emas. Dan pastikan disaat membeli Emas, niatkan untuk membeli Faktor Produksi atau niatkan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya strategis seperti untuk menunaikan ibadah haji atau ibadah lainnya
Siapa Investor Emas itu?
Setiap saat bisa berinvestasi emas. Mulailah berinvestasi emas dengan membeli koin-koin emas 1 gram, 2 gram dan seterusnya. Dan saat mendapat untung besar, saat mendapat untung kecil, saat profit taking di bursa , pastikan keuntungan- keuntungan tersebut dikonversi dalam bentuk emas walaupun hanya sedikit.
Jadi mulailah dari yang terkecil dan mulai saat ini berinvestasi Emas. Dan pastikan disaat membeli Emas, niatkan untuk membeli Faktor Produksi atau niatkan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya strategis seperti untuk menunaikan ibadah haji atau ibadah lainnya
Apakah Investasi Emas adalah investasi yang pasif?
Investasi emas bukanlah investasi yang pasif, justru investasi emas adalah investasi yang bisa diaktifkan. Investasi Emas bisa digunakan sebagai Collateral/Jaminan di Pegadaian. Di Pegadaian , terdapat Produk KCA ( Kredit Cepat Aman/Konvensional ) dan Produk Gadai Syariah dengan akad Rahn & akad Ijarah yang dapat mengoptimalkan Investasi Emas menjadi Modal Kerja, baik untuk kebutuhan jangka pendek (KCA) maupun untuk kebutuhan jangka Panjang (Krasida).
Kapan Investasi Emas dijual?
Emas adalah Faktor Produksi. Jika Investasi Emas dijual , pastikan hasil penjualan investasi Emas digunakan untuk membeli Faktor Produksi , dan return/hasil dari Faktor Produksi tersebut pastikan disisihkan untuk membeli Emas kembali. Selain itu, Emas bisa dijual untuk melakukan hal-hal yang sifatnya strategis, seperti untuk menunaikan ibadah Haji ataupun untuk beribadah lainnya.
Apakah Investasi emas cocok untuk tabungan Anak?
Investasi emas adalah investasi yang strategis untuk menggapai cita-cita yang strategis. Mulailah investasi emas untuk kebutuhan anak-anak dimasa mendatang.
Ada juga beberapa Artis yang sudah berinvestasi emas. Hal ini saya rekomendasikan karena mereka yang belum terbiasa dan belum siap melakukan usaha/bisnis. Sambil belajar mengamati bisnis yang cocok sesuai dengan talentanya, saya sarankan untuk menabung emas. Jika sudah merasa siap untuk berbisnis maka investasi emasnya dapat dijual untuk modal usaha/membeli tempat usaha.
Sumber : http://www.investasi-emas.info (MOHAMAD IHSAN PALALOI, RUDI KURNIAWAN, TITA AGUSTINI,)
Mengenal Lebih Jauh Tentang Qirad...
Dr. Wahbah Al-Zuhayli dalam kitab Al-Fiqh Al-Islami Wa-Adillatuh dimana beliau menjelaskan bahwa Qirad dan Mudarabah hanya masalah perbedaan penyebutan dari asal daerah yang berbeda. Istilah Qirad berasal dari Hijaz sedangkan Mudarabah dari Iraq. Qirad menekankan pada aspek pinjaman modal dan penyerahan sebagian keuntungan untuk si peminjam, sedangkan Mudharabah menekankan pembagian keuntungan antara pemilik modal dan pengusaha yang menerima modal.
Selanjutnya akan lebih sering menggunakan istilah Qirad dibandingkan Mudarabah, karena istilah Qirad ini yang juga sering dipakai dalam mazab Syafi’i.
Qirad atau Mudharabah akan menjadi solusi pembiayaan yang adil bagi pemilik modal dan para entrepreneur sekaligus menjadi alternatif dari sistem ribawi yang sudah seharusnya ditinggalkan umat ini.
Syarat utama Qirad adalah :
1. Modal harus tunai atau setara tunai seperti dalam bentuk Dinar dan Dirham atau uang kertas. (mengenai keharusan tunai atau setara tunai ini, ada perbedaan pendapat diantara empat mazab. Imam Shafi’i adalah satu-satunya yang berpendapat harus tunai. Imam Hanafi, Imam Malik dan Imam Hambali ketiganya berpendapat bahwa modal bisa berupa harta benda yang tidak bersifat tunai namun yang dihitung sebagai modal bukan harta benda tersebut melainkan nilai setara tunainya .
2). Modal diketahui dengan jelas sehingga dapat dibedakan antara modal dan keuntungan.
3. Pembagian keuntungan harus jelas prosentasenya, untuk pihak penerima modal(entrepreneur) dan pemilik modal. Mudharabah atau Qirad batal apabila salah satu atau kedua pihak menentukan jumlah tertentu (bukan prosentase) dari bagi hasil.
4. Penerima modal adalah penerima amanah, wajib menjaga amanah sepenuhnya meskipun tidak ikut menanggung kerugian apabila kerugian bukan karena kesengajaannya.
5. Qirad dapat bersifat terbuka ataupun terbatas.
Dalam Qirad terbuka, penerima modal tidak dibatasi dengan jenis usaha, pasar, tempat dlsb. Dalam qirad terbatas, penerima modal harus berusaha dalam batasan yang disepakati dengan pemilik modal.
Pembiayaan melalui Qirad akan memudahkan orang-orang yang jujur, adil, hati-hati dan memiliki kompetensi untuk bidang usaha yang ditekuninya untuk menerima amanah dari para pemilik modal – dan untuk ini tidak diperlukan jaminan yang sifatnya materi.
Sebaliknya bagi orang yang tidak memiliki salah satu dari syarat tersebut akan kesulitan untuk memperoleh pembiayaan meskipun orang tersebut memiliki jaminan materi yang banyak jumlahnya.
Sistem pembiayaan semacam ini akan menciptakan lingkungan usaha yang berpegang pada tata-nilai atau values yang membentuk akhlaq yang luhur bagi para pelakunya.
Orang-orang yang tidak bisa jujur, tidak bisa adil, tidak hati hati dan tidak pula memiliki kompetensi akan dengan sendirinya tersingkir dari lingkungan usaha. Sebaliknya dunia usaha akan didominasi oleh orang-oarng yang adil, jujur, hati-hati dan memiliki kompetensi yang tinggi.
Generasi pengusaha yang semacam inilah nantinya yang akan memakmurkan umat Islam secara keseluruhan dan mengembalikan kejayaan Islam pada waktunya.
Ini teori dan dasar hukum produk Qirad yang dikembangkan di GeraiDinar. Biar keren dizaman informasi ini produk qirad ini di berinama I-Qirad
Untuk lebih detailnya bisa dilihat di : http://geraidinar.com/2008/03/cara-memproduktifkan-dinar-anda.php
Selanjutnya akan lebih sering menggunakan istilah Qirad dibandingkan Mudarabah, karena istilah Qirad ini yang juga sering dipakai dalam mazab Syafi’i.
Qirad atau Mudharabah akan menjadi solusi pembiayaan yang adil bagi pemilik modal dan para entrepreneur sekaligus menjadi alternatif dari sistem ribawi yang sudah seharusnya ditinggalkan umat ini.
Syarat utama Qirad adalah :
1. Modal harus tunai atau setara tunai seperti dalam bentuk Dinar dan Dirham atau uang kertas. (mengenai keharusan tunai atau setara tunai ini, ada perbedaan pendapat diantara empat mazab. Imam Shafi’i adalah satu-satunya yang berpendapat harus tunai. Imam Hanafi, Imam Malik dan Imam Hambali ketiganya berpendapat bahwa modal bisa berupa harta benda yang tidak bersifat tunai namun yang dihitung sebagai modal bukan harta benda tersebut melainkan nilai setara tunainya .
2). Modal diketahui dengan jelas sehingga dapat dibedakan antara modal dan keuntungan.
3. Pembagian keuntungan harus jelas prosentasenya, untuk pihak penerima modal(entrepreneur) dan pemilik modal. Mudharabah atau Qirad batal apabila salah satu atau kedua pihak menentukan jumlah tertentu (bukan prosentase) dari bagi hasil.
4. Penerima modal adalah penerima amanah, wajib menjaga amanah sepenuhnya meskipun tidak ikut menanggung kerugian apabila kerugian bukan karena kesengajaannya.
5. Qirad dapat bersifat terbuka ataupun terbatas.
Dalam Qirad terbuka, penerima modal tidak dibatasi dengan jenis usaha, pasar, tempat dlsb. Dalam qirad terbatas, penerima modal harus berusaha dalam batasan yang disepakati dengan pemilik modal.
Pembiayaan melalui Qirad akan memudahkan orang-orang yang jujur, adil, hati-hati dan memiliki kompetensi untuk bidang usaha yang ditekuninya untuk menerima amanah dari para pemilik modal – dan untuk ini tidak diperlukan jaminan yang sifatnya materi.
Sebaliknya bagi orang yang tidak memiliki salah satu dari syarat tersebut akan kesulitan untuk memperoleh pembiayaan meskipun orang tersebut memiliki jaminan materi yang banyak jumlahnya.
Sistem pembiayaan semacam ini akan menciptakan lingkungan usaha yang berpegang pada tata-nilai atau values yang membentuk akhlaq yang luhur bagi para pelakunya.
Orang-orang yang tidak bisa jujur, tidak bisa adil, tidak hati hati dan tidak pula memiliki kompetensi akan dengan sendirinya tersingkir dari lingkungan usaha. Sebaliknya dunia usaha akan didominasi oleh orang-oarng yang adil, jujur, hati-hati dan memiliki kompetensi yang tinggi.
Generasi pengusaha yang semacam inilah nantinya yang akan memakmurkan umat Islam secara keseluruhan dan mengembalikan kejayaan Islam pada waktunya.
Ini teori dan dasar hukum produk Qirad yang dikembangkan di GeraiDinar. Biar keren dizaman informasi ini produk qirad ini di berinama I-Qirad
Untuk lebih detailnya bisa dilihat di : http://geraidinar.com/2008/03/cara-memproduktifkan-dinar-anda.php
Loaf of Bread Costs $16 million Zimbabwe Dollars
With rising inflation and election turmoil, the prices of basic food items have skyrocketed in Zimbabwe. A loaf of bread now costs 16 million Zimbabwe dollars.
Zimbabwe has had monetary problems for a long time, and it isn’t getting better with the recent elections. The opposition claimed it won the elections, but Mugabe is reluctant to give up power.
The rate of inflation is rising at a staggering rate and has reached 100,000 per cent. A loaf of bread now costs 16 million Zimbabwe dollars.
In January, the Zimbabwe government issued a 10 million currency note, this week they introduced a new 50 million dollar bill which is equivalent to $1.25 USD on the black market (officially it is worth $1,666 USD).
Zimbabwean's currency has tumbled to a record low of 25 million Zimbabwe dollars to one US dollar. 100 US dollars could exchange for nearly 20 kg of local currency.
Frankly, it's hard yo imagine how a country would manage to get themselves into the troubled situation. My countrymen would be crying like babies if our annual inflation rates reached 10% .... 100.000% inflation? that unthinkable.
The new 50 million bank note will help Zimbabwean people buy three loaves of bread.
Other recent news reported peanuts now cost 700 million dollars a bucket in the region.
According to AP, this is the third time the nation’s central bank has issued a higher denomination note in response to record inflation. Furthermore, some of these currencies have an expiration date.
Most people will probably agree this is a sad state of affairs for Zimbabwe; Mugabe should leave before he does any more lasting damage to his country.
Zimbabwe has had monetary problems for a long time, and it isn’t getting better with the recent elections. The opposition claimed it won the elections, but Mugabe is reluctant to give up power.
The rate of inflation is rising at a staggering rate and has reached 100,000 per cent. A loaf of bread now costs 16 million Zimbabwe dollars.
In January, the Zimbabwe government issued a 10 million currency note, this week they introduced a new 50 million dollar bill which is equivalent to $1.25 USD on the black market (officially it is worth $1,666 USD).
Zimbabwean's currency has tumbled to a record low of 25 million Zimbabwe dollars to one US dollar. 100 US dollars could exchange for nearly 20 kg of local currency.
Frankly, it's hard yo imagine how a country would manage to get themselves into the troubled situation. My countrymen would be crying like babies if our annual inflation rates reached 10% .... 100.000% inflation? that unthinkable.
The new 50 million bank note will help Zimbabwean people buy three loaves of bread.
Other recent news reported peanuts now cost 700 million dollars a bucket in the region.
According to AP, this is the third time the nation’s central bank has issued a higher denomination note in response to record inflation. Furthermore, some of these currencies have an expiration date.
Most people will probably agree this is a sad state of affairs for Zimbabwe; Mugabe should leave before he does any more lasting damage to his country.
Gila, Inflasi di Zimbabwe 200 Juta Persen!
Rabu, 3 Desember 2008 | 18:18 WIB
HARARE, RABU- Otoritas moneter Zimbabwe menerbitkan uang kertas pertama pecahan 100 juta dolar, menyusul kian meroketnya tingkat inflasi di negara tersebut hingga mencapai lebih dari dua ratus juta persen.
Zimbabwe menerbitkan tiga denominasi baru mata uang kertas, termasuk mata uang kertas pecahan 100 juta dolar, karena negara miskin ini berjuang mengatasi inflasi yang berlari kencang. Demikian dilaporkan media pemerintah, Rabu (3/12).
Bank Sentral Zimbabwe (The Reserve Bank of Zimbabwe/RBZ) mengatakan, penerbitan uang kertas pecahan baru itu menyusul sebuah kajian baru-baru ini dari pembatasan penarikan uang tunai.
Pembatasan telah direvisi naik menjadi 50 juta dolar Zimbabwe untuk perorangan dan 100 juta dolar untuk pemegang rekening perusahaan, The Herald mengatakan.
Sebelumnya, batas penarikan uang tunai untuk rekening perorangan adalah 500.000 dolar, sementara perusahaan dizinkan menarik satu juta dolar per hari.
Pecahan baru uang kertas --100 juta, 50 juta, dan 10 juta dolar-- dilakukan ketika para penyimpan dana harus menganri panjang di bank-bank dan anjungan tunai mandiri (ATM) untuk menarik uang. Uang kertas pecahan baru itu akan mulai beredar pada Kamis besok.
Gubernur RBZ Gideon Gono, baru-baru ini mengumumkan bahwa bank sentral sedang bekerja untuk menjamin para pekerja memiliki cukup uang tunai selama musim pesta.
Penerbitan uang kertas baru itu kurang dari sebulan, setelah bank sentral memperkenalkan uang kertas pecahan 500.000 dolar dan 100.000 dolar, untuk bertransaksi dengan harga barang-barang pokok yang membubung tinggi.
Uang kertas 100.000 dolar Zimbabwe nilainya hanya setara dengan satu dolar AS yang digunakan secara luas paralel di pasar gelap, dan hanya separuh jumlah kebutuhan untuk membeli satu papan roti.
Selama tahun ini, dua puluh tujuh denominasi mata uang baru telah diperkenalkan di Zimbabwe. Suatu gambaran sebagai sebuah model ekonomi dan sebuah keranjang roti regional, ekonomi Zimbabwe telah jatuh dalam satu dekade terakhir, dan disana sekarang sedang kekurangan makanan pokok seperti gula dan minyak goreng.
Ketika Gono ditunjuk sebagai gubernur bank sentral pada November 2003, inflasi Zimbabwe tercatat 619,50 persen, namun hingga Juli, inflasi tahunan telah mencapai 213 juta persen.
MSH
Sumber : Ant
HARARE, RABU- Otoritas moneter Zimbabwe menerbitkan uang kertas pertama pecahan 100 juta dolar, menyusul kian meroketnya tingkat inflasi di negara tersebut hingga mencapai lebih dari dua ratus juta persen.
Zimbabwe menerbitkan tiga denominasi baru mata uang kertas, termasuk mata uang kertas pecahan 100 juta dolar, karena negara miskin ini berjuang mengatasi inflasi yang berlari kencang. Demikian dilaporkan media pemerintah, Rabu (3/12).
Bank Sentral Zimbabwe (The Reserve Bank of Zimbabwe/RBZ) mengatakan, penerbitan uang kertas pecahan baru itu menyusul sebuah kajian baru-baru ini dari pembatasan penarikan uang tunai.
Pembatasan telah direvisi naik menjadi 50 juta dolar Zimbabwe untuk perorangan dan 100 juta dolar untuk pemegang rekening perusahaan, The Herald mengatakan.
Sebelumnya, batas penarikan uang tunai untuk rekening perorangan adalah 500.000 dolar, sementara perusahaan dizinkan menarik satu juta dolar per hari.
Pecahan baru uang kertas --100 juta, 50 juta, dan 10 juta dolar-- dilakukan ketika para penyimpan dana harus menganri panjang di bank-bank dan anjungan tunai mandiri (ATM) untuk menarik uang. Uang kertas pecahan baru itu akan mulai beredar pada Kamis besok.
Gubernur RBZ Gideon Gono, baru-baru ini mengumumkan bahwa bank sentral sedang bekerja untuk menjamin para pekerja memiliki cukup uang tunai selama musim pesta.
Penerbitan uang kertas baru itu kurang dari sebulan, setelah bank sentral memperkenalkan uang kertas pecahan 500.000 dolar dan 100.000 dolar, untuk bertransaksi dengan harga barang-barang pokok yang membubung tinggi.
Uang kertas 100.000 dolar Zimbabwe nilainya hanya setara dengan satu dolar AS yang digunakan secara luas paralel di pasar gelap, dan hanya separuh jumlah kebutuhan untuk membeli satu papan roti.
Selama tahun ini, dua puluh tujuh denominasi mata uang baru telah diperkenalkan di Zimbabwe. Suatu gambaran sebagai sebuah model ekonomi dan sebuah keranjang roti regional, ekonomi Zimbabwe telah jatuh dalam satu dekade terakhir, dan disana sekarang sedang kekurangan makanan pokok seperti gula dan minyak goreng.
Ketika Gono ditunjuk sebagai gubernur bank sentral pada November 2003, inflasi Zimbabwe tercatat 619,50 persen, namun hingga Juli, inflasi tahunan telah mencapai 213 juta persen.
MSH
Sumber : Ant
Mungkinkah Good Money Akan Kembali Menggantikan Bad Money…?
Written by Muhaimin Iqbal
Friday, 19 December 2008 07:53
qns
Di akui atau tidak, pangkal dari segala persoalan yang membawa dunia dalam krisis yang belum jelas ujungnya kali ini adalah uang fiat (uang kertas) yang nilainya dipaksakan dari awang-awang.
Karena pangkal dari permasalahannya ada di uang kertas ini, maka apapun solusi yang ditempuh oleh pemerintah-pemerintah dunia tidak akan dapat memberikan solusi yang tuntas – selagi pangkal masalah (uang kertas) tersebut di pertahankan.
Bisa saja untuk sementara waktu penyakit kronis ini akan kelihatan sembuh, tetapi tidak lama kemudian akan kambuh lagi dan kambuh lagi. Lihat tulisan saya “ Belajar dari Rupiah…” untuk ini.
Lantas apakah mungkin uang kertas yang oleh para pelakunya sendiri diakui sebagai Bad Money digantikan kembali dengan uang yang sesungguhnya - Good Money seperti Dinar dan Dirham ?.
Jawabannya adalah sangat mungkin; asal dunia mau belajar secara sungguh-sungguh solusi yang sangat adil yaitu aturan yang dibuat oleh Allah yang Maha Adil melalui RasulNya Muhammad SAW – yang kita kenal sebagi syariat Islam. Lihat juga tulisan saya sebelumnya “Aslim taslam…”.
Apakah mungkin dunia mau belajar dari Islam masalah ini, sedangkan umat Islam yang hidup di zaman ini juga belum bisa mengungkapkan konsep solusinya dengan jelas ?. Jawabannya lagi-lagi sangat mungkin.
Berabad-abad silam, dunia barat belajar berbagai ilmu dari dunia Islam – mengapa tidak sekarang ?.
Dalam kasus krisis keuangan sekarang misalnya; penjelasannya ada di Ilmu monetarism dengan equation of exchange-nya yang dicetuskan oleh David Hume (abad 18) dan kemudian disempurnakan oleh John Stuart Mill (abad 19). Dari mereka inilah kemudian lahir formula M x V= Px Q ; M= Jumlah Uang ; V= kecepatan Berputar; P= Harga ; Q = Jumlah barang &jasa.
Sayangnya mereka tidak belajar ilmu ini dan penerapannya secara komplet dari ulama sekaligus ekonom ulung lima abad sebelumnya dari dunia Islam yaitu Ibnu Taimiyyah ( 1263 – 1328).
Mengenai equation of exchange misalnya; Ibnu Taimiyyah merumuskannya sebagai berikut :
“Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.
Untuk Dinar dan Dirham dikecualikan dari rumusan Ibnu Taimiyyah tersebut karena bendanya sendiri (emas dan perak) yang akan membatasi volume ketersediaannya di masyarakat. Dengan sendirinya Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham akan selalu menjadi uang yang adil karena volumenya tidak dikendalikan oleh penguasa.
Jadi kalau penguasa di dunia diragukan keadilannya dalam mengendalikan volume fulus, maka keadilan harga atau daya beli hanya bisa diperoleh oleh masyarakat melalui penggunaan uang Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham.
Di Dunia barat pada abad ke 19 orang juga mengenal ekonom ulungnya Thomas Gresham yang terkenal dengan Gresham’s Law-nya. Sederhananya Gresham’s Law ini berbunyi : “ Bila ada dua mata uang (koin) yang memiliki nilai nominal yang sama, tetapi terbuat dari bahan material yang nilainya berbeda – maka yang lebih murah akan mendorong yang lebih mahal keluar dari peredaran”. Dari sinilah lahir istilah Bad Money drives out Good Money.
Lagi-lagi si Thomas Gresham ini nampaknya belajar secara tidak komplit dari Ibnu Taimiyyah sekitar 6 abad sebelumnya; coba kita perhatikan rumusan Ibnu Taimiyyah tentang hal ini :
“… nilai intrinsik dari fulus yang berbeda (dengan nominal yang sama) akan menjadi sumber keuntungan bagi orang yang berniat jahat, dengan menukar fulus yang nilai intrinsiknya rendah dengan fulus yang nilai intrinsiknya baik – kemudian membawa fulus yang baik (Good Money) kenegeri lain dan menyisakan fulus yang kurang baik (Bad Money) di dalam negeri, sehingga masyarakat dirugikan”.
Yang ada di sekitar kita sekarang hanyalah Bad Money dan sangat sedikit sekali Good Money. Bad Money atau fulus sebenarnya juga tidak masalah kalau volumenya terkendali, Bad Money menjadi musibah besar dunia sekarang karena penguasa-penguasa dunia tidak dapat mengendalikan volumenya.
Ketidak kuasaan penguasa dunia mengendalikan volume Bad Money, menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat berupa naiknya harga-harga atau menurunnya daya beli uang yang dipegang masyarakat.
Namun masyarakat seluruh dunia mulai punya pilihan sekarang, perlahan tetapi pasti – mereka akan memilih Good Money karena Bad Money di seluruh dunia telah menjadi bener-bener bad ...bad...bad. Wallhu A’lam.
Last Updated on Friday, 19 December 2008 11:10
Friday, 19 December 2008 07:53
qns
Di akui atau tidak, pangkal dari segala persoalan yang membawa dunia dalam krisis yang belum jelas ujungnya kali ini adalah uang fiat (uang kertas) yang nilainya dipaksakan dari awang-awang.
Karena pangkal dari permasalahannya ada di uang kertas ini, maka apapun solusi yang ditempuh oleh pemerintah-pemerintah dunia tidak akan dapat memberikan solusi yang tuntas – selagi pangkal masalah (uang kertas) tersebut di pertahankan.
Bisa saja untuk sementara waktu penyakit kronis ini akan kelihatan sembuh, tetapi tidak lama kemudian akan kambuh lagi dan kambuh lagi. Lihat tulisan saya “ Belajar dari Rupiah…” untuk ini.
Lantas apakah mungkin uang kertas yang oleh para pelakunya sendiri diakui sebagai Bad Money digantikan kembali dengan uang yang sesungguhnya - Good Money seperti Dinar dan Dirham ?.
Jawabannya adalah sangat mungkin; asal dunia mau belajar secara sungguh-sungguh solusi yang sangat adil yaitu aturan yang dibuat oleh Allah yang Maha Adil melalui RasulNya Muhammad SAW – yang kita kenal sebagi syariat Islam. Lihat juga tulisan saya sebelumnya “Aslim taslam…”.
Apakah mungkin dunia mau belajar dari Islam masalah ini, sedangkan umat Islam yang hidup di zaman ini juga belum bisa mengungkapkan konsep solusinya dengan jelas ?. Jawabannya lagi-lagi sangat mungkin.
Berabad-abad silam, dunia barat belajar berbagai ilmu dari dunia Islam – mengapa tidak sekarang ?.
Dalam kasus krisis keuangan sekarang misalnya; penjelasannya ada di Ilmu monetarism dengan equation of exchange-nya yang dicetuskan oleh David Hume (abad 18) dan kemudian disempurnakan oleh John Stuart Mill (abad 19). Dari mereka inilah kemudian lahir formula M x V= Px Q ; M= Jumlah Uang ; V= kecepatan Berputar; P= Harga ; Q = Jumlah barang &jasa.
Sayangnya mereka tidak belajar ilmu ini dan penerapannya secara komplet dari ulama sekaligus ekonom ulung lima abad sebelumnya dari dunia Islam yaitu Ibnu Taimiyyah ( 1263 – 1328).
Mengenai equation of exchange misalnya; Ibnu Taimiyyah merumuskannya sebagai berikut :
“Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.
Untuk Dinar dan Dirham dikecualikan dari rumusan Ibnu Taimiyyah tersebut karena bendanya sendiri (emas dan perak) yang akan membatasi volume ketersediaannya di masyarakat. Dengan sendirinya Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham akan selalu menjadi uang yang adil karena volumenya tidak dikendalikan oleh penguasa.
Jadi kalau penguasa di dunia diragukan keadilannya dalam mengendalikan volume fulus, maka keadilan harga atau daya beli hanya bisa diperoleh oleh masyarakat melalui penggunaan uang Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham.
Di Dunia barat pada abad ke 19 orang juga mengenal ekonom ulungnya Thomas Gresham yang terkenal dengan Gresham’s Law-nya. Sederhananya Gresham’s Law ini berbunyi : “ Bila ada dua mata uang (koin) yang memiliki nilai nominal yang sama, tetapi terbuat dari bahan material yang nilainya berbeda – maka yang lebih murah akan mendorong yang lebih mahal keluar dari peredaran”. Dari sinilah lahir istilah Bad Money drives out Good Money.
Lagi-lagi si Thomas Gresham ini nampaknya belajar secara tidak komplit dari Ibnu Taimiyyah sekitar 6 abad sebelumnya; coba kita perhatikan rumusan Ibnu Taimiyyah tentang hal ini :
“… nilai intrinsik dari fulus yang berbeda (dengan nominal yang sama) akan menjadi sumber keuntungan bagi orang yang berniat jahat, dengan menukar fulus yang nilai intrinsiknya rendah dengan fulus yang nilai intrinsiknya baik – kemudian membawa fulus yang baik (Good Money) kenegeri lain dan menyisakan fulus yang kurang baik (Bad Money) di dalam negeri, sehingga masyarakat dirugikan”.
Yang ada di sekitar kita sekarang hanyalah Bad Money dan sangat sedikit sekali Good Money. Bad Money atau fulus sebenarnya juga tidak masalah kalau volumenya terkendali, Bad Money menjadi musibah besar dunia sekarang karena penguasa-penguasa dunia tidak dapat mengendalikan volumenya.
Ketidak kuasaan penguasa dunia mengendalikan volume Bad Money, menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat berupa naiknya harga-harga atau menurunnya daya beli uang yang dipegang masyarakat.
Namun masyarakat seluruh dunia mulai punya pilihan sekarang, perlahan tetapi pasti – mereka akan memilih Good Money karena Bad Money di seluruh dunia telah menjadi bener-bener bad ...bad...bad. Wallhu A’lam.
Last Updated on Friday, 19 December 2008 11:10
Bagaimana Kita Akan Membayar Biaya Kesehatan Kita Ketika Beranjak Tua…?
Written by Muhaimin Iqbal
Wednesday, 24 December 2008 06:54
Ketika ibu saya tiga tahun sakit di Jakarta, beliau memiliki 11 orang anak yang bisa bergantian merawat sekaligus membiayai seluruh biaya kesehatan dan rumah sakitnya.
Mayoritas kita yang lahir belakangan mungkin tidak seberuntung ibu saya dengan sebelas anak, rata-rata kita punya dua tiga anak dan sedikit yang lebih dari itu.Meskipun anak-anak kita insyaallah menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah yang ingin berbakti pada orang tuanya, tentu kita juga tidak ingin membebani mereka ketika kita beranjak tua.
Lantas bagaimana kita akan membayar biaya kesehatan kita saat itu ?, padahal biaya kesehatan kita justru meningkat sangat tajam ketika usia kita memasuki usia pensiun.
Perusahaan-perusahaan besar tempat kita berpuluh tahun bekerjapun akan berlepas diri dari membiayai kesehatan para pensiunannya, kalau toh mereka masih kontribusi biasanya sangat minim kontribusinya.
Dari kawan-kawan aktuaris saya, saya tahu banyak sekali perusahaan besar/BUMN yang saat ini tengah berjuang mengatasi liability mereka terhadap biaya kesehatan para pensiunannya.
Selain kita bisa menabung dalam Dinar yang nilainya terjaga dan akan sangat berguna pada saat kita memasuki usia pensiun kelak, tentu kita juga dapat membeli asuransi kesehatan syariah yang banyak ditawarkan di pasar.
Namun masih ada beberapa masalah di asuransi kesehatan ini sehingga penetrasinya ke masyarakat belum terlalu besar. Masalah-masalah tersebut antara lain adalah premi yang dirasa terlalu mahal terutama untuk usia pensiun, ribetnya prosedur klaim dan jaringan pelayanannya yang lebih sering terbatas. Mudah-mudahan mereka dapat memperbaiki diri sehingga kedepan dapat menjadi opsi yang menarik bagi masyarakat.
Sebenarnya ada cara lain diluar skema asuransi yang dapat pula dipakai untuk mengelola biaya kesehatan secara efektif, yaitu apa yang disebut Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Intinya JPKM ini terdiri dari empat pelaku yaitu Peserta, Badan Pelaksana (BAPEL), Badan Pembina (BAPIM) dan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK).
Peserta idealnya adalah kelompok besar anggota masyarakat agar memenuhi apa yang disebut Law of Large Numbers sehingga penyebaran biaya bisa lebih luas dan pola risiko bisa lebih manageable.
Kelompok pengajian yang sudah besar jamaahnya seperti jamaahnya Ust Arifin Ilham, atau Alumni ESQ misalnya sangat cocok untuk membentuk JPKM ini. Pertama karena jumlahnya yang besar dan kedua sudah adanya ikatan tertentu dari jamaah tersebut.
BAPEL JPKM dapat berupa koperasi, perseroan terbatas, BUMN, BUMD bahkan dapat pula berupa yayasan. Intinya mereka harus mengantongi ijin JPKM dari Menteri Kesehatan RI.
BAPEL ini dituntut kemampuan yang sangat mumpuni baik dalam hal pengelolaan kesehatannya sendiri maupun pengelolaan keuangannya. Karena yang mereka kelola risiko dan dalam waktu yang panjang, mereka harus memiliki keahlian dibidang aktuaria, pengelolaan cadangan dan bahkan mereka juga harus bisa secara efektif melakukan risk sharing dengan BAPEL lainnya – dalam bahasa asuransi disebut reasuransi/retakaful.
Bukan hanya memahami risiko kesehatan, BAPEL idealnya juga harus paham betul mengenai risiko finansial. Uang kertas yang mereka kelola turun daya belinya dari waktu-kewaktu, sedangkan biaya kesehatan terus naik karena inflasi, usia dan faktor memburuknya lingkungan sehingga banyak penyakit baru bermunculan.
Dalam pengelolaan risiko finansial inilah keberadaan Dinar dapat sangat membantu menstabilkan daya beli iuran anggota dalam jangka panjang.
JPKM yang tidak memiliki kemampuan pengelolaan risiko yang baik dengan keahlian-keahlian yang saya sebutkan diatas, besar kemungkinan tidak berusia panjang dan akan dapat merugikan anggotanya.
BAPIM adalah unsur pemerintah yang tugasnya mengembangkan, membina dan mendorong penyelenggaraan JPKM. Karena tugas mereka yang seperti ini, seharusnya upaya masyarakat untuk mendirikan JPKM harus difasilitasi. Ijin-ijinnya dipermudah sehingga tumbuh subur JPKM-JPKM yang professional dan bertanggung jawab.
PPK terdiri dari jaringan rumah sakit, puskesmas, klinik, praktek dokter, bidan dan berbagai layanan kesehatan lainnya.
Kalau kita dapat menggabungkan unsur-unsur pengelolaan kesehatan melalui JPKM yang dibina oleh DepKes, asuransi kesehatan yang dibina oleh DepKeu dan pengelolaan keuangannya berbasis Dinar – maka insyaallah biaya kesehatan hari tua kita bisa kita rencanakan dan kelola dari mulai sekarang.
Copyright © 2008 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Wednesday, 24 December 2008 06:54
Ketika ibu saya tiga tahun sakit di Jakarta, beliau memiliki 11 orang anak yang bisa bergantian merawat sekaligus membiayai seluruh biaya kesehatan dan rumah sakitnya.
Mayoritas kita yang lahir belakangan mungkin tidak seberuntung ibu saya dengan sebelas anak, rata-rata kita punya dua tiga anak dan sedikit yang lebih dari itu.Meskipun anak-anak kita insyaallah menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah yang ingin berbakti pada orang tuanya, tentu kita juga tidak ingin membebani mereka ketika kita beranjak tua.
Lantas bagaimana kita akan membayar biaya kesehatan kita saat itu ?, padahal biaya kesehatan kita justru meningkat sangat tajam ketika usia kita memasuki usia pensiun.
Perusahaan-perusahaan besar tempat kita berpuluh tahun bekerjapun akan berlepas diri dari membiayai kesehatan para pensiunannya, kalau toh mereka masih kontribusi biasanya sangat minim kontribusinya.
Dari kawan-kawan aktuaris saya, saya tahu banyak sekali perusahaan besar/BUMN yang saat ini tengah berjuang mengatasi liability mereka terhadap biaya kesehatan para pensiunannya.
Selain kita bisa menabung dalam Dinar yang nilainya terjaga dan akan sangat berguna pada saat kita memasuki usia pensiun kelak, tentu kita juga dapat membeli asuransi kesehatan syariah yang banyak ditawarkan di pasar.
Namun masih ada beberapa masalah di asuransi kesehatan ini sehingga penetrasinya ke masyarakat belum terlalu besar. Masalah-masalah tersebut antara lain adalah premi yang dirasa terlalu mahal terutama untuk usia pensiun, ribetnya prosedur klaim dan jaringan pelayanannya yang lebih sering terbatas. Mudah-mudahan mereka dapat memperbaiki diri sehingga kedepan dapat menjadi opsi yang menarik bagi masyarakat.
Sebenarnya ada cara lain diluar skema asuransi yang dapat pula dipakai untuk mengelola biaya kesehatan secara efektif, yaitu apa yang disebut Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Intinya JPKM ini terdiri dari empat pelaku yaitu Peserta, Badan Pelaksana (BAPEL), Badan Pembina (BAPIM) dan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK).
Peserta idealnya adalah kelompok besar anggota masyarakat agar memenuhi apa yang disebut Law of Large Numbers sehingga penyebaran biaya bisa lebih luas dan pola risiko bisa lebih manageable.
Kelompok pengajian yang sudah besar jamaahnya seperti jamaahnya Ust Arifin Ilham, atau Alumni ESQ misalnya sangat cocok untuk membentuk JPKM ini. Pertama karena jumlahnya yang besar dan kedua sudah adanya ikatan tertentu dari jamaah tersebut.
BAPEL JPKM dapat berupa koperasi, perseroan terbatas, BUMN, BUMD bahkan dapat pula berupa yayasan. Intinya mereka harus mengantongi ijin JPKM dari Menteri Kesehatan RI.
BAPEL ini dituntut kemampuan yang sangat mumpuni baik dalam hal pengelolaan kesehatannya sendiri maupun pengelolaan keuangannya. Karena yang mereka kelola risiko dan dalam waktu yang panjang, mereka harus memiliki keahlian dibidang aktuaria, pengelolaan cadangan dan bahkan mereka juga harus bisa secara efektif melakukan risk sharing dengan BAPEL lainnya – dalam bahasa asuransi disebut reasuransi/retakaful.
Bukan hanya memahami risiko kesehatan, BAPEL idealnya juga harus paham betul mengenai risiko finansial. Uang kertas yang mereka kelola turun daya belinya dari waktu-kewaktu, sedangkan biaya kesehatan terus naik karena inflasi, usia dan faktor memburuknya lingkungan sehingga banyak penyakit baru bermunculan.
Dalam pengelolaan risiko finansial inilah keberadaan Dinar dapat sangat membantu menstabilkan daya beli iuran anggota dalam jangka panjang.
JPKM yang tidak memiliki kemampuan pengelolaan risiko yang baik dengan keahlian-keahlian yang saya sebutkan diatas, besar kemungkinan tidak berusia panjang dan akan dapat merugikan anggotanya.
BAPIM adalah unsur pemerintah yang tugasnya mengembangkan, membina dan mendorong penyelenggaraan JPKM. Karena tugas mereka yang seperti ini, seharusnya upaya masyarakat untuk mendirikan JPKM harus difasilitasi. Ijin-ijinnya dipermudah sehingga tumbuh subur JPKM-JPKM yang professional dan bertanggung jawab.
PPK terdiri dari jaringan rumah sakit, puskesmas, klinik, praktek dokter, bidan dan berbagai layanan kesehatan lainnya.
Kalau kita dapat menggabungkan unsur-unsur pengelolaan kesehatan melalui JPKM yang dibina oleh DepKes, asuransi kesehatan yang dibina oleh DepKeu dan pengelolaan keuangannya berbasis Dinar – maka insyaallah biaya kesehatan hari tua kita bisa kita rencanakan dan kelola dari mulai sekarang.
Copyright © 2008 Gerai Dinar. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU/GPL License.
Jumat, 30 Januari 2009
5 Ways To Profit As Gold Soars To $1,500 In 2009
Nov 17th, 2008 | By Mike Caggeso | Category: Gold Market
The recent slump in gold prices has puzzled many investors who considered the yellow metal a safe haven. But Mike Caggeso says the inflationary impact of the government’s $700 billion bailout program could send gold soaring towards $1,500 an ounce by the end of 2009. He recommends five ways to play this coming gold bull run.
This from Money Morning:
Gold hit two historic milestones in 2008.
First, in early March, the “yellow metal” hit its all-time high of $1,030 an ounce.
Just months later, the price of gold for December delivery had plummeted to $681 an ounce, a 21-month low and 33.9% drop from its record high.
Most gold bugs were equal parts puzzled and broken-hearted. The world’s stock markets tanked, as did some of its biggest economies. In such an environment, they thought, gold should have risen. After all, gold is widely considered to be a safe-haven investment when everything else is spiraling south.
However, Money Morning Contributing Editor Martin Hutchinson – an investment banker with more than 25 years’ experience on Wall Street and a leading expert on the international financial markets – understood perfectly what other investors did not.
“Gold is not a safe haven against recession,” said Hutchinson. “It’s a safe haven against inflation.”
In the past year, commodities prices skyrocketed – across the board. That was especially true of oil, which hit a record high $147 a barrel. Corn, wheat, and soybeans all hit record highs, as well.
That price escalation tightened household and corporate budgets, and was a primary reason why the U.S. economy posted a gross-domestic product (GDP) decline of 0.3%. With that negative growth, the third quarter was the beginning of what many experts believe will be the nation’s first recession since 2001.
However, the inflation epidemic has waned significantly, as global demand for raw materials has plummeted.
Price for such staple foods as corn, soybeans and wheat have all come down from their record highs – in near-lockstep fashion.
Corn futures are down nearly 50% from their summer high of $8 per bushel. The same is true of soybeans and wheat, with each having lost roughly half their value. In fact, wheat hit a 16-month low in mid-October.
As most of us noticed, gas prices have fallen 48% from their July 17 high of $4.114 a gallon.
And not coincidentally, gold has fallen 22% in that same time frame.
However, this report examines the pending commodities rebound – a projected slow-and-steady increase in commodity prices that will reverse the breakneck plunge below fair value that commodities have experienced for much of this year.
Our objective now: To chart the expected path of gold prices in the New Year.
This report also reveals another wild card inflationary indicator that Hutchinson believes will carry gold prices to $1,500 an ounce by the end of 2009.
Two Catalysts For Gold’s Climb
The U.S. Department of Agriculture’s Oct. 10 Crop Production Report said acreage for a handful of staple food commodities has shrunk:
* Corn acreage fell 1.2%.
* Soybean acreage dropped 1.4%.
* Canola acreage dropped 1.9%.
* Sunflower acreage shrank 0.8%.
* And acreage of dry edible beans fell 0.7%.
That naturally translates to higher prices because it squeezes the supply of the particular commodity. And it does so at a time when demand continues to escalate from populations in China, India and Latin America. And higher prices equal inflation.
But Hutchinson – who correctly predicted this last run-up in gold prices – says there’s another catalyst that’s right now inherent in the U.S. economy that could help vault gold prices to $1,500 an ounce by the end of 2009. And it has to do with the much-ballyhooed $700 billion rescue plan.
The philosophy behind the rescue plan is elegantly simple: By providing a portion of the $700 billion to foundering U.S banks, the Treasury Department believed it could provide banks with badly needed capital, and get them to start lending money once again – jump-starting the economy in the process.
Since September 2007, U.S. Federal Reserve policymakers have cut the benchmark Federal Funds target rate nine times – from 5.25% down to the current 1.0% rate – to increase bank-to-bank lending and bank-to-consumer lending.
“The government is pumping money in so many banks, and that money has to come out somewhere,” Hutchinson said.
Right now, banks aren’t boosting lending. Instead, they are using the cash to finance buyouts of other banks. Even so, that money will “come out” into the economy in the form of higher stock prices for banks. That will make consumer/investors wealthier, and could make them more confidence in the economy. If they’re more confident, they will spend. As that happens, food prices should begin ticking upward, adding another set of thrusters to gold prices.
“Everybody thinks that because we’re having a horrible recession, we’re not to going have inflation. I think that’s probably wrong,” Hutchinson said. “I think gold has quite good hidden-store value.”
As gold prices increase, count on more investors leaving the sidelines to invest, too, causing the surge in gold prices to accelerate and steepen.
“As gold goes up, it gets more popular and investors start piling into it,” Hutchinson said.
The recent slump in gold prices has puzzled many investors who considered the yellow metal a safe haven. But Mike Caggeso says the inflationary impact of the government’s $700 billion bailout program could send gold soaring towards $1,500 an ounce by the end of 2009. He recommends five ways to play this coming gold bull run.
This from Money Morning:
Gold hit two historic milestones in 2008.
First, in early March, the “yellow metal” hit its all-time high of $1,030 an ounce.
Just months later, the price of gold for December delivery had plummeted to $681 an ounce, a 21-month low and 33.9% drop from its record high.
Most gold bugs were equal parts puzzled and broken-hearted. The world’s stock markets tanked, as did some of its biggest economies. In such an environment, they thought, gold should have risen. After all, gold is widely considered to be a safe-haven investment when everything else is spiraling south.
However, Money Morning Contributing Editor Martin Hutchinson – an investment banker with more than 25 years’ experience on Wall Street and a leading expert on the international financial markets – understood perfectly what other investors did not.
“Gold is not a safe haven against recession,” said Hutchinson. “It’s a safe haven against inflation.”
In the past year, commodities prices skyrocketed – across the board. That was especially true of oil, which hit a record high $147 a barrel. Corn, wheat, and soybeans all hit record highs, as well.
That price escalation tightened household and corporate budgets, and was a primary reason why the U.S. economy posted a gross-domestic product (GDP) decline of 0.3%. With that negative growth, the third quarter was the beginning of what many experts believe will be the nation’s first recession since 2001.
However, the inflation epidemic has waned significantly, as global demand for raw materials has plummeted.
Price for such staple foods as corn, soybeans and wheat have all come down from their record highs – in near-lockstep fashion.
Corn futures are down nearly 50% from their summer high of $8 per bushel. The same is true of soybeans and wheat, with each having lost roughly half their value. In fact, wheat hit a 16-month low in mid-October.
As most of us noticed, gas prices have fallen 48% from their July 17 high of $4.114 a gallon.
And not coincidentally, gold has fallen 22% in that same time frame.
However, this report examines the pending commodities rebound – a projected slow-and-steady increase in commodity prices that will reverse the breakneck plunge below fair value that commodities have experienced for much of this year.
Our objective now: To chart the expected path of gold prices in the New Year.
This report also reveals another wild card inflationary indicator that Hutchinson believes will carry gold prices to $1,500 an ounce by the end of 2009.
Two Catalysts For Gold’s Climb
The U.S. Department of Agriculture’s Oct. 10 Crop Production Report said acreage for a handful of staple food commodities has shrunk:
* Corn acreage fell 1.2%.
* Soybean acreage dropped 1.4%.
* Canola acreage dropped 1.9%.
* Sunflower acreage shrank 0.8%.
* And acreage of dry edible beans fell 0.7%.
That naturally translates to higher prices because it squeezes the supply of the particular commodity. And it does so at a time when demand continues to escalate from populations in China, India and Latin America. And higher prices equal inflation.
But Hutchinson – who correctly predicted this last run-up in gold prices – says there’s another catalyst that’s right now inherent in the U.S. economy that could help vault gold prices to $1,500 an ounce by the end of 2009. And it has to do with the much-ballyhooed $700 billion rescue plan.
The philosophy behind the rescue plan is elegantly simple: By providing a portion of the $700 billion to foundering U.S banks, the Treasury Department believed it could provide banks with badly needed capital, and get them to start lending money once again – jump-starting the economy in the process.
Since September 2007, U.S. Federal Reserve policymakers have cut the benchmark Federal Funds target rate nine times – from 5.25% down to the current 1.0% rate – to increase bank-to-bank lending and bank-to-consumer lending.
“The government is pumping money in so many banks, and that money has to come out somewhere,” Hutchinson said.
Right now, banks aren’t boosting lending. Instead, they are using the cash to finance buyouts of other banks. Even so, that money will “come out” into the economy in the form of higher stock prices for banks. That will make consumer/investors wealthier, and could make them more confidence in the economy. If they’re more confident, they will spend. As that happens, food prices should begin ticking upward, adding another set of thrusters to gold prices.
“Everybody thinks that because we’re having a horrible recession, we’re not to going have inflation. I think that’s probably wrong,” Hutchinson said. “I think gold has quite good hidden-store value.”
As gold prices increase, count on more investors leaving the sidelines to invest, too, causing the surge in gold prices to accelerate and steepen.
“As gold goes up, it gets more popular and investors start piling into it,” Hutchinson said.
Selasa, 27 Januari 2009
Langganan:
Postingan (Atom)